Lumbung padi yang sering disebut sebagai Leuit oleh masyarakat Suku Badui, Lebak, Banten, merupakan tempat penyimpanan sekaligus pengawetan bahan pangan. Berbeda dengan lumbung padi dari suku lain, Leuit diselimuti kekuatan harmoni masyarakat Badui yang tetap memegang teguh falsafah hidupnya. “Lojor teu beunang dipotong, Pondok teu meunang disambung” pikukuh tersebut menjadi landasan dalam bertingkah laku terhadap alam dan terus memuliakan padi sebagai kasih sang Dewi Sri atas hasil bumi yang mereka usahakan.
Tim Leuitna Badui ini terdiri atas Lima mahasiswa UGM yaitu Muhammad Alfian (Teknik Pertanian 2021), Aisya Nazifa (Perencaaan Wilayah dan Kota 2020), Rafi Ramdani (Antropologi 2021), Dian Arsyka Adila (Geografi Lingkungan 2021), dan Zat Lentera Sunda Hasbillah (Sistem Informasi Geografis 2021) berupaya melakukan riset etnografi untuk mengkaji nilai-nilai kearifan lokal dan dinamika kehidupan masyarakat Suku Badui, Banten. Penelitian dilakukan di bawah bimbingan Redika Ardi Kusuma, STP., M.Si., IPP.
Asiyah menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan bersifat multidisiplin dalam mengatasi masalah ketahanan pangan di ufuk barat pulau Jawa. Gencarnya modernisasi dalam bentuk wisata budaya mengubah pola pikir dan perspektif masyarakat adat yang mulai menerapkan gaya hidup konsumtif. Meskipun demikian, nilai budaya yang terkandung dalam Leuit tidak luntur oleh gencarnya arus modernisasi.
“Kemampuannya dalam menyimpan padi hingga 50 – 100 tahun merepresentasikan bahwa Leuit sebagai bangunan keberlanjutan pangan,”terangnya.
Rafi menambahkan dari hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat Badui Luar dan Badui Dalam, diketahui bahwa padi Huma terasa lebih memberikan berkah dan mengenyangkan dibandingkan dengan padi sawah. Padi Huma dengan tekstur kuat membuat mampu beresonansi dengan bangunan Leuit. Hal itu menjadikannya tetap awet hingga 50-100 tahun.
Sementara Dian menyampaikan bahwa Leuitna Badui dapat menjadi model pengembangan penyimpanan pangan secara lokal. Nilai-nilai aplikatif pada Leuit dapat mengisi kekosongan pada Silo yang tidak dapat menjangkau wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utamanya berupa petani. Dengan begitu Leuit dapat diharmonisasikan dengan Silo untuk menjaga ketersediaan pangan di desa-desa kecil dan mewujudkan kestabilan pangan di seluruh Indonesia.
Penulis: Ika
Foto: Dok. Tim Leuitna