Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Humaniora (PKM RSH) UGM meneliti nilai dan kearifan lokal dalam pencak silat sebagai upaya untuk mengatasi kenakalan remaja.
Penelitian tersebut dilakukan oleh lima mahasiswa lintas disiplin yaitu Ahmad Fadlulloh Al Husni (Psikologi 2021), Winova Marsha Nashwa (Psikologi 2021), Josephine (Antropologi Budaya 2021), Sylvia Latifa (Antropologi Budaya 21), dan Nasyawa Nurshafala (Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 2022) di bawah bimbingan Restu Tri Handoyo, S.Psi., M.Psi., Ph.D. Penelitian dilakukan menggandeng Pencak Silat Pagar Nusa Rayon UIN Sunan Kalijaga untuk mendalami nilai-nilai penting dari seni bela diri Pagar Nusa dan menggali pengalaman anggota terkait dengan fenomena kenakalan remaja.
Ahmad menjelaskan penelitian dilakukan berawal dari keprihatinan terhadap masih maraknya kenakalan remaja di sejumlah daerah di tanah air. Kondisi tersebut perlu penanganan kasus yang dapat diupayakan melalui pendekatan nilai kearifan lokal yang ada.
“Pencak silat dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya diharapkan dapat menjadi solusi khas lokal sebagai penanganan kasus kenakalan remaja di Indonesia. Untuk itu penelitian hadir sebagai sarana menggali nilai dan kearifan lokal dalam pencak silat yang mampu mengubah perilaku kenakalan remaja menjadi lebih baik,”paparnya.
Penelitian dilakukan sejak bulan Juli dengan melakukan observasi langsung di Pagar Nusa Rayon UIN Sunan Kalijaga ketika mengadakan latihan rutin setiap minggunya. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap enam anggota Pagar Nusa yang memiliki pengalaman kenakalan remaja di masa lalu. Penelitian dilakukan untuk menggali dinamika krisis identitas yang terjadi pada anggota PN, proses internalisasi nilai-nilai PN UIN Sunan Kalijaga, dan transformasi diri yang terjadi pada anggota Pencak Silat Pagar Nusa Rayon UIN Sunan Kalijaga.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa ada beragam alasan yang mendorong anggota Pagar Nusa mempunyai pengalaman terkait aktivitas kenakalan remaja di masa lalu. Beberapa diantaranya adalah bentuk konformitas terhadap teman, eksplorasi pengalaman, ikut-ikutan teman dan bentuk pelarian dari masalah yang sedang mereka hadapi. Adapun bentuk kenakalan remaja yang dilakukan seperti minum-minuman keras, tawuran, perkelahian, pemalakan, pembegalan, dan penyerangan.
“Kami melihat ada indikasi krisis identitas yang dialami oleh anggota Pagar Nusa Rayon UIN Sunan Kalijaga,” terangnya.
Ahmad mengatakan Pagar Nusa dianggap sebagai wadah yang mampu membantu mereka terkait krisis identitas yang sedang dialami dengan pembelajaran pada nilai-nilai yang dimiliki oleh Pagar Nusa. Proses penanaman nilai dalam perguruan PN tidak terbatas pada proses latihan pencak saja, tetapi juga melalui berbagai metode internalisasi nilai dalam PN. Terdapat latihan emosi, latihan fisik, latihan kepemimpinan, latihan organisasi, latihan pencak, dan latihan spiritual. Didukung dengan kegiatan lain di luar latihan, seperti diskusi, modelling, monitoring yang konsisten dilakukan antara pelatih dengan anggota.
Ahmad menjelaskan nilai ukhuwah, akhlaqul karimah, nahdliyin, taqarrub, tasawuf, dan nilai moh limo merupakan bentuk-bentuk nilai yang mampu mendorong anggota Pagar Nusa dengan pengalaman kenakalan remaja di masa lalu untuk bertransformasi diri menjadi pribadi yang lebih baik. Transformasi diri anggota Pagar Nusa Rayon UIN Sunan Kalijaga dipandang sebagai dinamika proses perubahan diri yang terus berjalan dari sebelum menjadi anggota, bergabung menjadi anggota, dan aktif sebagai anggota tetap perguruan pencak silat Pagar Nusa.
Penulis: Tim PKM; Editor Ika