Sore itu Noni masih sibuk mengajar mengaji anak-anak SD Yayasan Daarul Haq Madani Indonesia Soreang Bandung. Sesekali Noni mengingatkan kemballi hafalan Al Quran yang salah dibaca oleh beberapa siswa. Tidak lupa ia juga terkadang menegur secara halus siswa yang masih sibuk berbincang dengan temannya.
Ya, itulah kesibukan sehari-hari Noni Cantika Wiguna. Anak pasangan Ika (38) dan Sarman Uju (43) ini setiap hari selalu mengajar mengaji selepas pulang sekolah dari SMAN 1 Soreang. Noni bercerita tidak jarang dirinya menginap di asrama yayasan dan tidak pulang ke rumahnya di daerah Ciluncat, Cangkuang, Soreang.
“Ya ada sekitar 15 anaklah yang mengaji,”tutur Noni.
Meskipun secara materi dari kesibukannya mengajar mengaji ini tidak seberapa, namun Noni tetap tekun melakoninya. Tugas utamanya untuk belajar di SMAN 1 Soreang pun tetap diutamakan. Hasilnya pun Noni dari sejak kelas 1 hingga 3 selalu masuk 5 besar di sekolahnya.
Ibu Noni, Ika, juga bercerita anak sulungnya ini selain rajin juga cukup bertanggung jawab dengan studinya. Bisa membagi waktu di sela-sela kesibukannya. Terbukti dari prestasi sekolah yang diraih meski setiap hari sibuk mengajar mengaji.
“Anaknya tanggung jawablah dengan dirinya sendiri,”kata Ika.
Ika dan Sarman menyadari meski sehari-hari hidup mereka serba pas-pasan tapi terkait studi mereka tetap berharap kedua anaknya bisa melanjutkan studi melebihi kedua orang tuanya. Ya, Noni adalah anak sulung dan masih mempunyai seorang adik laki-laki yang ada di bangku kelas 5 sekolah dasar.
Sehari-hari Ika berjualan kecil-kecilan alat kebutuhan rumah tangga di rumahnya. Ika juga sesekali membantu catering tetangganya jika ada pesanan. Sementara ayah Noni, Sarman, bekerja di luar kota. Terkadang ia bekerja sebagai tukang bangunan, terkadang pula membantu temannya menjahit.
“Ya dari itu saja, kadang ayahnya di bangunan, kadang menjahit. Pulangnya juga tak tentu,”urai Ika.
Dari pekerjaannya itu penghasilan yang diterima setiap bulan memang tak menentu. Tapi rata-rata ayahnya bisa mencapai 1 juta lebih. Dengan kondisi seperti ini mereka sangat bersyukur karena dari SD hingga SMA Noni berada di sekolah negeri sehingga gratis sekolah.
Maka ketika mengetahui Noni bisa diterima kuliah gratis dari UGM dengan Uang Kuliah Tunggal ( UKT) Pendidikan Unggul bersubsidi 100% (UKT 0) di Prodi Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar Sekolah Vokasi UGM melalui jalur SNBP mereka sangat bersyukur. Ia pun saat ini masih menjadi kandidat penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah.
“Waktu itu campur aduk. Ya senang dan deg-degan juga karena akan jauh dari orang tua. Tapi saya yakin karena UGM bagus,”imbuh Ika.
Demikian pula dengan Noni. Ia memandang UGM kampus terbaik. Yogyakarta juga kota pelajar sehingga ia memantabkan tekadnya untuk studi dengan sungguh-sungguh nantinya.
“Tentu akan belajar sungguh-sungguh,”kata Noni mantab.
Penulis: Satria
Foto: Donnie