Arif Muazam (39) dari Program Studi Magister Biologi, Fakultas Biologi UGM tercatat sebagai lulusan tercepat untuk program magister pada Wisuda Program Pascasarjana, Rabu (24/4), di Grha Sabha Pramana. Arif menyelesaikan pendidikan magister dalam waktu 1 tahun 0 bulan. Wisuda kali ini, sebanyak 1387 mahasiswa program magister, profesi, dan doktoral resmi menyelesaikan masa studinya di UGM.
Kepada wartawan, Jumat (26/4), Arif membagikan cerita tentang pengalamannya belajar di Fakultas Biologi UGM serta tips meraih gelar dengan waktu singkat. Arif sebelumnya merupakan lulusan S1 Fakultas Pertanian UGM, kemudian melanjutkan minatnya dengan mendalami perspektif biologi di tanaman pangan. Ia mengaku memang menargetkan lulus secepatnya sejak awal, karenanya berbagai persiapan pun dilakukan untuk mendukung proses studinya. “Sebelum kuliah sudah siap proposal riset dan kerja sama pendanaan, output publikasi minimal sebanyak tiga baik internasional minimal Q3 dan nasional minimal akreditasi Sinta 2,” tuturnya.
Menurut Arif, sepanjang tahun 2017-2024, setidaknya ada 15 riset penelitian dengan topik tanaman pangan yang ia sudah lakukan. Beberapa di antaranya menilai pengaruh bahan organik terhadap produktivitas tanaman, hingga keragaman morfologis tanaman pangan yang tersebar di berbagai daerah. Adapun judul tesis yang menghantar Arif meraih gelar S2 tercepat adalah “Identifikasi Tanaman Morfologis dan Stabilitas Hasil Beberapa Genotip Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) di Gunungkidul DIY” dengan dosen pembimbing Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono.
Selain berkuliah, Arif ternyata sudah bekerja sebagai peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang mengharuskannya berada di kantor selagi kuliah. Alih-alih menjadi beban, Arif justru membuatnya sebagai peluang. Tesis yang diajukan tidak hanya untuk mendapatkan gelar, namun juga mendukung kariernya di BRIN sebagai peneliti di bidang Optimasi dan Peningkatan Sustainable Development Goals (SDGs) Lokal Tanaman Pangan. Melalui riset tersebut, Arif meneliti potensi tanaman pangan lokal, khususnya sorgum di daerah Gunungkidul, Yogyakarta.
Ditanya soal potensi sorgum, Arif menerangkan Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan salah satu tanaman pangan yang mampu tumbuh di daerah kering. Tanaman ini diketahui memiliki kandungan serat yang tinggi dibanding beras dan gandum, karenanya sorgum berpotensi menjadi alternatif pangan yang baik. Hasil penelitian Arif berhasil mengungkap keragaman morfologis sorgum pada semua karakter morfologis, terutama dalam bentuk malai, warna biji, dan struktur buluh. Diperoleh juga informasi mengenai kandungan micronutrient yang baik untuk kesehatan sekaligus ketahanan pangan nasional tentunya. Menurutnya sorgum lokal tidak kalah bagusnya dengan sorgum dari impor.
Terkait pengalamannya mengenyam pendidikan di Fakultas Biologi UGM, pria kelahiran Gunungkidul, 5 September 1984 tersebut mengaku senang dan menikmati ketika kembali ke almamater melanjutkan studi S2 dengan berkuliah di Fakultas Biologi UGM. “Kuliah di Biologi UGM sangat asik, nyaman, banyak pengalaman berharga yang saya dapat. Dosen juga ramah, baik hati, serta staf pendidikan yang friendly, bahkan ada program percepatan atau Fast Track,” ujarnya.
Ia mendukung sekali dengan program Fast Track yang dikembangkan oleh UGM memang menjadi program unggulan yang ditujukan bagi mahasiswa sarjana (S1) agar bisa langsung melanjutkan ke jenjang magister (S2). “Program ini dirancang untuk memfasilitasi mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik dan motivasi studi lanjut, sehingga dalam 5 tahun sudah mampu meraih gelar S1 dan S2 sekaligus,” terangnya.
Kesuksesan Arif sebagai lulusan tercepat bukanlah hal yang mudah untuk dicapai, tapi bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Lulus dalam waktu cepat namun dengan pencapaian yang maksimal dan efektif berhasil dibuktikan oleh Arif. Selain strategi persiapan matang sebelum kuliah, Arif selalu mengedepankan aspek tekad dan hati yang ikhlas selama proses belajar. “Niat kuliah dan bekerja ikhlas mencari rida Tuhan yang Maha Esa, rajin belajar, dan rajin ibadah,” tutupnya.
Penulis: Tasya
Editor: Gusti Grehenson