Prodi kedokteran merupakan salah satu prodi yang paling diminati bagi calon mahasiswa baru untuk kuliah di kampus UGM. Di tahun 2023 lalu, untuk kuota satu kursi prodi kedokteran diperebutkan 93 orang melalui jalur Ujian Masuk -Computer Based Test (UM UGM CBT), diperebutkan 70 orang lewat jalur SNBT dan 42 orang melalui jalur SNBP.
Bagi Anda calon mahasiswa baru, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada tidak hanya memiliki prodi kedokteran saja, namun juga ada dua prodi lainnya yang bisa kamu pilih yakni prodi Ilmu Keperawatan dan prodi Gizi Kesehatan.
Di prodi S1 Ilmu Keperawatan, mahasiswa akan dididik untuk menjadi lulusan yang mampu memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam rentang sehat sakit di semua tatanan pelayanan Kesehatan yang berbasis bukti dan peka budaya. Lulusan di prodi ini dikenal dengan tenaga profesi Ners. Sementara di prodi S1 Gizi Kesehatan, mahasiswa dididik agar dapat bekerja dan mengabdikan dirinya dalam upaya perbaikan gizi dan upaya asuhan gizi yang terstandar. Secara umum di masyarakat lulusan program studi ini dikenal sebagai konsultan gizi atau ahli gizi (nutrisionis).
Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH, mengatakan kegiatan pembelajaran pendidikan dan pengajaran dalam rangka untuk menghasilkan lulusan yang inovatif, adaptif, berbudi pekerti luhur dan mampu menjadi pelopor perubahan di bidang kedokteran dan kesehatan. Untuk mendukung kualitas pendidikan akademik semakin berkualitas dan berstandar internasional, kita secara rutin melakukan akreditasi program studi serta berusaha mendapatkan sertifikasi internasional,” kata Yodi, Jumat (22/3).
Program studi S1 Kedokteran dan Profesi Dokter, kata Dekan, sudah terakreditasi penuh oleh Akreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik (ASIIN). Lalu Program studi S1 Gizi sudah bersertifikasi internasional oleh Asean University Network – Quality Assurance (AUN-QA). Sementara Program Studi Ilmu Keperawatan tengah pengajuan akreditasi internasional The Accreditation Commission for Education in Nursing (ACEN), Lembaga akreditasi pendidikan keperawatan internasional yang berbasis di Amerika Serikat.
Nabila Najma (20), merupakan salah satu mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan yang kini tengah menjabat sebagai Ketua BEM FK-KMK UGM. Ia bercerita, kuliah di Ilmu Keperawatan merupakan jurusan yang sudah ia pilih sejak di bangku SMA. “Karena saya masuk ke dalam jurusan yang saya inginkan, jadi saya cukup enjoy dengan pembelajarannya. Banyak dosen dan kating (kakak tingkat) yang selalu membantu saya ketika kesulitan,” kata Nabila menceritakan pengalamannya.
Di prodi Keperawatan, kata Nabila, terdapat pembelajaran komunikasi terapeutik yang mana sangat berguna untuk calon perawat dapat berkomunikasi bersama pasien dengan baik dan benar. Selanjutnya, hari-hari disibukkan dengan kegiatan praktikum guna meningkatkan skills lab dimana terdapat simulasi praktik dengan topik tertentu sesuai sistem blok.
Beruntung bagi Nabila, sejak dari awal kuliah, ia sudah berusaha untuk bisa beradaptasi dengan kehidupan di kampus dengan selalu mencari informasi terbaru agar ia tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Selain itu, ia juga berusaha belajar membangun relasi dengan teman kuliahnya agar bisa saling membantu ketika ia menghadapi kendala. “Saya belajar mengatur waktu sendiri baik untuk segi akademik maupun non akademik,” paparnya.
Kesukaannya ikut berorganisasi selama kuliah ternyata mengantarkan Nabila saat ini terpilih sebagai Ketua BEM. Ikut dalam organisasi BEM, memberi pengalaman baru baginya karena ia bisa menambah teman baru dari prodi lain. “Di BEM, saya belajar bagaimana berorganisasi dengan baik, dan juga saya bisa lebih mengasah soft skills saya sendiri,” katanya.
Untuk membagi waktu antara kuliah dan berorganisasi, Nabila mengaku ia selalu membuat catatan kecil tentang agenda kerja harian yang akan dilakukannya selama berada di kampus. Kalaupun ada keperluan mendadak terkait organisasi, ia selalu mengatur waktu rapat lebih sering di malam hari agar tidak mengganggu kesibukan kuliahnya. “Tetap apapun itu, akademik yang selalu saya nomor satukan,”ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Maulana Sabrang. Mahasiswa prodi kedokteran FK-KMK UGM angkatan 2021 ini, mengaku salah satu tantangan terbesar bagi mahasiswa Prodi Kedokteran adalah manajemen waktu. Ia selalu menerapkan disiplin waktu dan skala tugas prioritas. Apalagi kegiatan kuliah dan praktikum menjadi kebiasaan rutin yang harus dilakoninya selama menempuh pendidikan S1. Namun begitu ia tetap menyiasati waktu untuk kegiatan lain seperti belajar mandiri, organisasi, dan bermain dengan teman di waktu luang. “Saya juga menerapkan penggunaan matriks prioritas mengenai hal apa saja yang mesti saya eksekusi dalam waktu dekat sampai dengan kegiatan yang perlu saya abaikan,” ujarnya.
Berkuliah di Kedokteran UGM, kata Sabrang, kurikulum pendidikan disusun dengan sangat komprehensif sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Ia menyebutkan, kegiatan akademik di Kedokteran UGM sangat beragam, terdiri atas kuliah integrasi antar departemen, praktikum, focus group discussion (tutorial), dan basic clinical competence training (BCCT). Selain itu, ada kegiatan Community and Family Health Care Interprofessional Education (CFHC-IPE) sebagai kegiatan gabungan antara teman-teman mahasiswa Keperawatan dan Gizi dalam membimbing salah satu keluarga mitra.
Adapun pada sistem perkuliahan di Kedokteran, dikemas dalam sistem blok di mana satu semester terdiri atas 3 blok. Masing-masing blok di antaranya terdapat dua kali ujian kumulatif dan tentamen. Sementara di akhir semester ada UAS dan juga OSCE.
Soal tips agar ia bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, Sabrang mengaku ia harus pintar menyeimbangkan waktunya antara kuliah dan berorganisasi. “Bagi saya, salah satu kunci agar bisa bertahan kuliah di Kedokteran hanya ikhlas dan menyeimbangkan waktu antara belajar, bermain, dan berorganisasi,” pesannya.
Ditanya soal rencana untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan spesialis, Sabrang mengaku saat ini ia masih bimbang mengenai spesialisasi yang akan diambil setelah lulus pendidikan dokter. “Saya memiliki beberapa ketertarikan. Saya tertarik menjadi seorang spesialis obstetri dan ginekologi karena saya senang engage dengan ibu hamil sekaligus ikut mengedukasi pasien. Akan tetapi, di satu sisi saya juga merasa tertarik dengan spesialisasi jantung dan pembuluh darah atau bedah thoraks kardiovaskular (Sp.BTKV) yang saya kira cukup menarik. Entahlah, saya masih bingung,” katanya.
Penulis: Gusti Grehenson
Foto: Donnie