Banyak perguruan tinggi dunia saat ini berlomba dan berpacu dalam menorehkan prestasi. Berbagai prestasi besar bisa diraih perguruan tinggi melalui penelitian yang bersifat implementatif dan penelitian-penelitian keilmuan yang keduanya selalu diperlombakan secara internasional.
Oleh karena itu, perguruan tinggi termasuk UGM menempatkan kebijakan terkait penelitian dan publikasi sebagai kebijakan yang sangat penting. Termasuk kebijakan di dalam memberi perhatian terkait alokasi anggaran dan lain-lain.
Demikian disampaikan Prof. Ir. Yuny Erwanto, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM, peneliti dari Pusat Halal UGM terkait tren positif yang diraih Pusat Penelitian Halal di UGM. Tidak sekedar mampu menembus jurnal-jurnal internasional, namun menjadi tertinggi diantara berbagai perguruan tinggi dunia akhir-akhir ini.
“Perlu dukungan tim-tim yang bisa mengangkat banyak penelitian yang diharapkan ke depan kita menjadi driven bukan sebagai follower. Tantangannya kan bagaimana kita bisa menghasilkan karya yang justru bisa diikuti oleh lembaga-lembaga lain termasuk dunia industri,” katanya di Kampus UGM, Rabu (9/8).
Yuni Erwanto menjelaskan untuk saat ini dengan kata kunci Halal Detection (deteksi halal) dibuka dengan title, abstract dan keywords pada scopus data based maka UGM tercatat nomor 1 sedunia. Di halaman tersebut muncul deteksi terkait penelitian-penelitian menyangkut bahan-bahan non halal dan publikasi UGM tertinggi dibandingkan Malaysia, Thailand dan negara-negara lain yang mengembangkan penelitian-penelitian yang sama.
“Saya lihat kemarin di Halal Detection, dominasi UGM mungkin sekitar 37 persen. Kita terbanyak dibanding UPM, Univeritas Malaya, dan menyaingi penelitian halal di Thailand seperti Universitas Chulalongkor. Ternyata mereka tidak lebih tinggi, namun mereka diakui menang di sisi lain yakni branding dan marketing internasional,” terangnya.
Yuni berharap ada lembaga yang menggawangi internasional branding dan marketing karena meskipun memiliki karya-karya besar di ranah internasional, namun jika kurang didengar maka akan kurang menguntungkan.
Berbeda dengan Malaysia atau Thailand. Kejelian dalam branding dan marketing menjadikan penelitian-penelitian mereka terkait halal laku dan menjadikan mereka terbiasa diundang ke banyak negara diantaranya negara-negara di kawasan Afrika.
“Padahal, dari sisi kemampuan kita sebenarnya lebih tinggi. Bahkan, di UGM kan ada Direktorat Kemitraan dan Relasi Global yang bisa melakukan berbagai terobosan. Ini tentunya tidak hanya oleh satu lembaga tetapi oleh semua orang, semua peneliti di UGM, termasuk juga para pimpinan,” katanya.
Kemampuan melihat penyelesaian persoalan di masa depan, menurut Yuny, menjadi kunci keberhasilan dalam menyusun rencana strategis penelitian. Untuk itu penyusunan rencana strategis 10 tahun mendatang perlu disiapkan secara matang.
“Di dalam penyusunan penelitian, rencana strategis semestinya disiapkan dengan matang. Jika perlu 10 tahun ke depan akan seperti apa. Seperti penelitian halal itu mulai 2008, padahal booming penelitian halal baru di tahun 2017 maka menjadikan kita leading karena lebih awal memulai”, terangnya.
Yuny kembali menandaskan eksposure internasional menjadi salah satu strategi agar akademik reputasi UGM secara internasional meningkat. Menurutnya, jika reputasi akademik meningkat maka bisa dipastikan ranking UGM turut naik.
Untuk itu tidak sekedar satu topik tapi menyeluruh. Artinya tidak hanya sekedar soal halal.
“Halal itu kan hanya satu topik yang kebetulan saya aktif di situ. Saya yakin teman-teman lain bisa mengangkat topik lain yang mempunyai kekuatan untuk diangkat agar menarik juga,” imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Freepik.com