Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang inklusif di lingkungan Universitas Gadjah Mada, Bagian Humas dan Protokol UGM mengadakan Pelatihan Bahasa Isyarat bagi tenaga kependidikan dari seluruh fakultas dan unit kerja, Senin (26/6) di Gedung Pusat UGM. Pelatihan ini diselenggarakan bekerja sama dengan Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo).
“UGM secara filosofis, strategis, dan praktis berusaha untuk mengembangkan dan terus meningkatkan fasilitas serta peran UGM sebagai kampus inklusif. Hari ini akan diperkenalkan tentang Bahasa Isyarat, dan selanjutnya mungkin akan ada pelatihan yang lebih mendalam,” terang Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM, Dina W. Kariodimedjo, S.H., LL.M., Ph.D.
Pengembangan layanan yang inklusif bagi seluruh kalangan, termasuk para difabel, sejalan dengan komitmen UGM terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (TPB/SDGs), terutama TPB 4 Pendidikan Berkualitas serta TPB 16 Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh.
TPB 4 menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, sedangkan TPB 16 bertujuan untuk menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan.
“UGM memiliki mahasiswa, dosen, serta tenaga kependidikan difabel, dan Bapak Ibu yang hadir ini adalah ujung tombak yang nanti akan memberikan layanan kepada pihak yang membutuhkan. Semoga apa yang kita upayakan ini betul-betul bisa memberikan manfaat bagi teman-teman difabel dan juga bagi peningkatan layanan inklusif di UGM yang perlu kita dukung bersama,” papar Dina.
Usai pertemuan pertama ini, rencananya akan dilakukan pelatihan yang lebih intensif selama sebelas kali pertemuan untuk memperdalam pemahaman dan penguasaan bahasa isyarat. “Harapannya pelatihan ini bisa berlanjut dan berkelanjutan dan semoga bisa menunjang cita-cita UGM untuk menjadi kampus yang inklusif,” kata Shafa, salah satu peserta dari Fakultas Pertanian.
Selain tenaga kependidikan, kegiatan kali ini juga diikuti sejumlah mahasiswa. “Terima kasih kepada Humas dan Protokol yang sudah menyelenggarakan pelatihan ini. Dengan adanya pelatihan ini saya sebagai mahasiswa tahu bahwa kita juga harus mempersiapkan kampus yang inklusif bagi penyandang disabilitas,” tutur Angga, perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM.
Penulis: Gloria