Selepas menyelesaikan studi di perguruan tinggi, para mahasiswa dihadapkan dengan tantangan baru. Sebagian calon wisudawan mungkin telah mendapat pekerjaan atau rencana untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, tidak sedikit calon wisudawan yang masih kebingungan dalam menentukan pilihan, karena belum memiliki visi yang jelas apa yang hendak mereka kerjakan.
Lulusan perguruan tinggi saat ini dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat dalam mencari pekerjaan, sehingga terkadang mereka hanya melamar pekerjaan secara asal dan akhirnya terjebak dalam profesi yang tidak diminati. Akibatnya, banyak yang kemudian dengan mudah merasa jenuh dan berpindah-pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain.
“Saat memutuskan akan bekerja, kita harus menentukan sebenarnya apa yang mau kita kejar. Di dunia kerja kita tidak bisa mendapatkan semuanya, karena itu harus tentukan prioritas,” ujar komisaris PT Phapros, Drs. Masrizal Achmad Syarif, Apt., dalam pembekalan wisuda program sarjana dan diploma, Selasa (16/2) di Grha Sabha Pramana UGM.
Alumnus Fakultas Farmasi UGM yang sempat meniti karier di salah satu BUMN ini, kini menikmati profesinya sebagai seorang pengusaha. Ia pun mengajak para calon wisudawan untuk tidak takut berwirausaha, meski belum memiliki dasar pengetahuan atau pengalaman dalam wirausaha. Hal ini, menurutnya, dapat dipelajari seiring dengan waktu, asalkan ada kemauan serta tekad yang kuat. “Setelah mengambil keputusan, kerjakan dengan fokus dan sungguh-sungguh. Saya yakin kalian pasti bisa berhasil,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menyampaikan pentingnya soft skills dalam dunia kerja. Setiap orang harus dapat menganalisis kelebihan serta kekurangannya masing-masing sehingga mampu mengembangkan kualitas yang dituntut dari dunia kerja, dan menjadi pribadi yang percaya diri dalam menjalin relasi dengan orang lain.
Hal serupa disampaikan alumnus Fakultas Kedokteran UGM yang saat ini menjabat sebagai Bupati Kulon Progo, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K). Sebagai dokter, ia telah menghadapi berbagai macam pasien, baik yang tinggal di pedalaman maupun perkotaan. Ketika menghadapi karakter pasien yang berbeda-beda, dibutuhkan kemampuan komunikasi dan sosialisasi yang baik. Karena itu, ia pun menekankan pentingnya kemampuan komunikasi dalam menjalin relasi profesional, yaitu dengan belajar untuk memperhatikan dan mendengarkan orang lain.
Hasto menceritakan pengalamannya selepas menyelesaikan studi dan memutuskan mengabdi menjadi dokter di daerah pedalaman Kalimantan. Waktu itu, ia beranggapan bahwa daerah seperti itu lebih membutuhkan dokter dibandingkan di daerah perkotaan. Meski sarana umum serta fasilitas kesehatan di sana sangat terbatas, ia cukup menikmati pekerjaannya. Ia berharap para wisudawan memiliki semangat serupa untuk mengabdi dan menggunakan ilmu yang dimiliki demi bangsa.
Calon wisudawan pun dituntut untuk memiliki moral dan mental yang baik. Ia mengamati fenomena saat ini ketika orang-orang mengejar prestise dengan membeli barang-barang mewah yang sebenarnya tidak mereka perlukan. “Kalian jangan sampai jadi orang yang seperti itu. Belum punya prestasi, tapi sudah mencari prestise. Anak muda harus bisa menunjukkan prestasi, berkarya untuk memajukan bangsa,” tambahnya. (Humas UGM/Gloria)