Tiga mahasiswa Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan aplikasi untuk membantu penyandang disabilitas. Aplikasi yang dinamai dengan “Discover” ini dirancang untuk memudahkan difabel dalam beraktivitas, khususnya saat memakai layanan publik. Melalui aplikasi ini mereka dapat mengetahui tempat, layanan, serta fasilitas publik yang ramah difabel dengan memanfaatkan informasi pemetaan yang ditampilkan.
Mereka adalah Andreas Gandhi Hendra Pratama, Ricky Julianjatsono, serta Fajri Nurwanto. Pengembangan aplikasi tersebut sebagai upaya untuk mendukung pencapaian target SDGs. Pengembangan Discover diharapkan mampu menjadi salah satu solusi permasalahan keberlanjutan kota dan komunitas dalam mewujudkan kota-kota serta pemukiman yang inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan berkelanjutan, khususnya bagi masyarakat berkebutuhan khusus.
“Discover ini merupakan platform berbasis android yang dapat memetakan dan meningkatkan layanan publik bagi difabel dengan pengumpulan data berbasis massa,” terang Andreas Gandhi, Jum’at (4/11) di Fakultas Teknik UGM.
Dalam pengumpulan data publik, aplikasi ini menggunakan metode crowdsourcing yakni melibatkan partisipasi publik secara luas dalam pengumpulan data. Selain itu, juga memanfaatkan analisis big data. Untuk saat ini Discover baru dalam tahap pengembangan lebih lanjut. Rencananya, aplikasi ini akan dirilis pada pertengahan tahun 2017 mendatang.
“Aplikasi ini diharapkan bisa ikut membantu mengatasi persoalan bangsa terutama dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan dan inklusif bagi semuanya,” harapnya.
Aplikasi Discover berhasil membawa ketiga mahasiswa muda ini meraih juara pertama dalam kompetisi Ideation Challenge Asia-Pacific 2016 pada 21-23 Oktober lalu di Bangkok, Thailand. Dalam kompetisi yang diadakan oleh United National Development Programme Regional (UNDP) Asia-Pasifik, tim Discover berhasil menyisihkan 11 tim lain dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik.
Sebelum melaju dalam final di tingkat Asia-Pasifik, sebelumnya mereka harus berkompetisi dan mempresentasikan gagasan proyek proposal di tingkat nasional. Selanjutnya, 15 tim dengan gagasan proposal terbaik diambil dalam Top 15 BIG IDEAS UNDP Indonesia.
“Awalnya kami tidak menjadi juara di tingkat ASEAN, tetapi kemudian dihubungi untuk masuk dalam top 15 nasional. Kami diminta untuk mempresentasikan dan mengisi proposal proyek sekali lagi untuk level Asia Pasifik dan akhirnya terpilih berangkat ke Bangkok mewakili Indonesia,” paparnya.
Dalam kompetisi di Bangkok, 12 tim terbaik perwakilan sejumlah negara di wilayah Asia Pasifik berlomba memperebutkan gelar juara. Selama tiga hari, seluruh peserta mengikuti youth forum tentang kota inklusif, social-enterpreneurship, dan terkait SDGs. Selanjutnya, di hari kedua, peserta mendapatkan mentoring dari beberapa pakar yang berasal dari United Nation, Intel, SAP, Citi Bank, dan lainnya. Di hari terakhir mereka melakukan presentasi dan pitching di hadapan dewan juri.
“Terima kasih atas dukungan dan doa dari semua pihak, akhirnya kami bisa meraih juara yang membanggakan nama UGM dan Indonesia,” tuturnya.
Tidak lupa, Andreas Gandhi mengajak masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap para difabel untuk ikut bergabung bersama mereka dalam upaya mewujudkan kota yang ramah dan layak bagi masyarakat berkebutuhan khusus. Informasi lebih lanjut terkait “Discover’ dapat dilihat di www.thediscover.org atau di fanpage facebook.com/thediscoverindonesia.(Humas UGM/Ika).