Delegasi UGM berhasil meraih prestasi dalam kompetisi arbitrase semu tingkat internasional, Foreign Direct Investment International Arbitration Moot (FDI), yang diselenggarakan di Universidad Buenos Aires, Argentina, pada 3-6 November lalu. UGM berhasil meraih gelar juara umum atau Overall Highest Team Ranking berdasarkan penilaian pada penampilan di oral rounds serta written memorials.
“Ini adalah pertama kalinya kita bisa mencapai prestasi setinggi ini dalam FDI. Para mahasiswa ini telah mengharumkan nama UGM dan juga Indonesia di tingkat internasional dalam kompetisi yang diikuti oleh hampir seluruh sekolah hukum terkemuka di dunia,” ujar Dekan Fakultas Hukum UGM, Prof. Dr. Sigit Riyanto, S.H., LL.M, Senin (21/11) di Fakultas Hukum.
FDI sendiri merupakan kompetisi arbitrase semu paling bergengsi di kancah internasional dalam bidang hukum investasi internasional. Kompetisi tahunan ini diikuti oleh berbagai universitas ternama seperti Harvard Law School, Paris Bar School, King’s College London, serta NALSAR University of Law.
“Pada tahun ini, kompetisi mengambil tema sengketa mengenai investor asing yang merasa investasinya diekspropriasi oleh pemerintah negara. Masing-masing tim harus mempersiakan dua memorials, satu untuk pihak investor sebagai claimant dan satu lagi untuk pihak pemerintah sebagai respondent,” ujar salah satu delegasi UGM, Amelia Rohana Sonang.
Dalam kompetisi ini, UGM diwakili okeh 7 orang mahasiswa Fakultas Hukum, yaitu Abigail Soemarko, Amelia Rohana Sonang, Indira Jauhara, Mutiara Khairunnisa, Rahma Reyhan, Rizki Karim, serta Rosa Maheswari. Selain meraih gelar juara umum, dalam kompetisi yang diikuti 59 universitas dari 33 negara ini delegasi UGM juga meraih penghargaan 2nd Best Memorial for Respondent serta peringkat ketujuh pada Oral Rounds. Tidak hanya itu, tiga orang anggota tim ini, Mutiara, Rizki, serta Amelia, juga masuk dalam kategori 50 Best Advocates.
Para mahasiswa ini mengakui bahwa kompetisi yang mereka ikuti cukup berat mengingat lawan yang harus mereka hadapi berasal dari berbagai universitas terkemuka di dunia. Karena itu, kemenangan ini menjadi sesuatu yang sangat spesial bagi mereka.
“Menurut kami semua kompetitor berat, khususnya pada babak final ketika kami menjadi responden yang membela host state melawan Harvard Law School. Lebih berat karena mereka native english speaker, tapi meski demikian kami bisa mendapat peringkat ketujuh,” ujar Mutiara.
Menurut Prof. Tomi Suryo Utomo, S.H., LL.M., Ph.D., yang mendampingi para mahasiswa sejak awal masa persiapan, para mahasiswa telah mempersiapkan diri dengan matang sejak jauh hari. Karena itu, prestasi yang diraih kali ini tidak menjadi sesuatu yang mengherankan.
“Saya lihat kedisiplinan mereka, solidaritas serta etos kerja yang bisa membawa mereka ke prestasi yang mengagumkan. Ketika melihat semangat mereka saya merasa yakin, kalaupun tidak juara 1, mereka pasti memperoleh posisi yang baik,” jelasnya.
Tomi berharap, prestasi ini dapat terus dipertahankan bahkan ditingkatkan di waktu-waktu ke depan, serta menjadi teladan bagi mahasiswa lain untuk dapat membawa kebanggaan bagi UGM dan bagi bangsa Indonesia.
“Saya harap ini bisa jadi contoh juga untuk yang lain. Ketika para mahasiswa ini menghadapi berbagai tantangan sebelum berangkat, saya melihat bahwa mereka bukanlah mahasiswa yang sekadar kuliah saja, tapi juga bisa menjadi problem solver bagi masyarakat,” imbuhnya. (Humas UGM/Gloria)