Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalahan kesehatan di berbegai kota besar di Indonesia. Saat ini metode pengendalian penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti terus dikembangkan. Salah satunya yang dilakukan oleh tim Riset World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta yang memanfaatkan bakteri Wolbachia. Hingga dua tahun terakhir, tim sudah menempatkan telur Aedes aegypti berwolbachia di tujuh kelurahan di Kecamatan Tegalrejo dan Wirobrajan di Kota Yogyakarta. Hasilnya, nyamuk berwolbachia berhasil mengurangi 74 persen kasus DBD di wilayah tersebut. “Namun, kita masih terus berproses untuk mendapatkan hasil akhirnya,” tutur Prof Adi Utarini, Peneliti Utama WMP Yogyakarta, saat menyampaikan laporan studi implementasi teknologi Aedes aegypti berwolbachia untuk pengendalian DBD di Yogyakarta, Senin (17/6), di kampus UGM.
Dengan hasil ini, Adi Utarini menegaskan wolbachia potensial untuk mengendalikan demam berdarah dengue (DBD) di Kota Yogyakarta. Lebih lanjut, Prof Uut, panggilan akrabnya, menjelaskan bahwa studi tersebut akan terus dilanjutkan dengan dilaksanakan di tiga hingga empat wilayah di luar Kota Yogyakarta. “Saat ini kita masih melakukan pemantauan Wolbachia di wilayah penelitian,” katanya.
Seperti diketahui, DBD masih menjadi permasalahan kesehatan di Kota Yogyakarta. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta melansir data peningkatan kasus yang terjadi. Hingga akhir Mei terdapat 335 kasus. Jumlah tersebut meningkat dari jumlah kasus pada periode yang sama tahun lalu, 51 kasus. “Tapi tidak terjadi kasus angka kematian DBD yang tidak diinginkan,” katanya.
Sebagai informasi, Penelitian WMP Yogyakarta, yang sebelumnya bernama Eliminate Dengue Project-EDP Yogya, merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan dukungan penuh pendanaan dari Yayasan Tahija bekerja sama dengan WMP Global. Hingga saat ini WMP Yogyakarta telah selesai melakukan peletakan 8.000 ember berisi telur Aedes aegypti berwolbachia di wilayah penelitian pada akhir 2017. Peletakan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan di seluruh wilayah di Kecamatan Tegalrejo dan Wirobrajan. Sedangkan tahap kedua dilakukan di 38 kelurahan dan desa di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
Selain itu, studi dampak juga dilakukan dengan mendata pasien demam yang berobat di 18 puskesmas di Kota Yogyakarta. Selanjutnya, pasien demam yang bersedia terlibat dalam penelitian didata dan diambil sampel darahnya untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium WMP Yogyakarta. (Humas UGM/Gusti Grehenson)