Mahasiswa program doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Supia Yuliana, meneliti pengaruh asimetri persepsi konflik intragrup pada perilaku disfungsional tim dimoderasi oleh struktur tim.
Penelitian yang ia lakukan ini menawarkan suatu definisi konsep asimetri persepsi konflik intragrup yang lebih luas yang berfokus pada jenis konflik, bahwa ada anggota kelompok yang berpersepsi konflik tugas dan anggota lainnya berpersepsi konflik hubungan.
“Penelitian asimetri konflik intragrup yang ada hampir seluruhnya berfokus pada tingkat konflik,” tuturnya saat mengikuti ujain terbuka program doktor pada Rabu (6/2) di Auditorium FEB UGM.
Konsep asimetri konflik intragrup telah menawarkan wawasan penting dalam literatur konflik dengan memberi pandangan baru yang menentang asumsi penelitian terdahulu bahwa semua anggota yang terlibat dalam konflik mengalami jenis dan jumlah konflik yang sama.
Meski demikian, ia menilai bahwa definisi asimetri konflik intragrup harus diperluas, tidak hanya terbatas pada tingkat konflik tetapi juga jenis konflik.
Untuk menangkap fenomena kelompok yang menggambarkan asimetri konflik intragrup yang berfokus pada jenis konflik, penelitian ini menggunakan pendekatan tim-sentris yang dianggap mampu berkontribusi dalam literatur konflik intragrup untuk memahami kelompok yang memiliki gabungan beberapa jenis konflik.
“Profil yang dibangun dalam penelitian ini merupakan klasifikasi komposisi yang mewakili keadaan konflik dari dua jenis konflik yang secara teoritis dan empiris memberikan efek berlawanan terhadap keluarannya pada setiap anggota di dalam kelompok, yaitu konflik tugas dan konflik hubungan,” terang pengajar di Politeknik Sendawar ini.
Ketersediaan instrumen-instrumen penelitian yang tepat dan perangkat-perangkat analitis menurutnya menambah potensi dan konsultan untuk mendiagnosa tim ke dalam profil konflik tertentu sebagai titik awal untuk memprioritaskan dan menentukan strategi intervensi.
Ia menerangkan, di dalam kelompok, kadang-kadang undividu berperilaku dalam cara-cara yang tidak menguntungkan atau merugikan kelompok, menolak berkontribusi dalam usaha kelompok, atau menghancurkan norma-norma penting kelompok.
“Beberapa temuan penting yang dihasilkan penelitian ini dapat digunakan dalam mengatur kelompok ke arah yang lebih efektif,” ucapnya.
Temuan yang ia maksud di antaranya pada struktur tim horisontal tinggi, bahwa pada kelompok dengan spesialisasi keahlian anggota kelompok yang tinggi dapat meningkatkan identifikasi terhadap kelompok karena kelompok memfasilitasi identitas tim yang dapat memenuhi kebutuhan anggota untuk merasa berarti dan diakui keahliannya.
Kelompok dengan seluruh anggotanya berpersepsi konflik tugas dalam kondisi ini menunjukkan perilaku disfungsional tim yang lebih rendah dibanding kelompok tanpa persepsi konflik. Oleh karena itu, manajer dapat memaksimalkan manfaat persepsi konflik tugas dengan cara lebih sengaja memunculkan media-media bagi tumbuhnya konflik tugas di dalam kelompok, misalnya membangun diskusi terbuka dalam setiap pengambilan keputusan strategis. (Humas UGM/Gloria)