
Sebanyak 50 orang mahasiswa Teknik Informatika Universitas Satya Wiyata Mandala, Nabire, Papua berkunjung ke Innovative Academy (IA) HUB UGM, Kamis (31/1) lalu. Sebelumnya, kunjungan yang sama juga dilakukan oleh pertukaran pelajar dari Yogyakarta, Tiongkok, dan India yang tergabung dalan AIESEC untuk mengetahui lebih banyak peran Innovative Academy UGM sebagai pelopor inkubator startup tingkat kampus di Indonesia.
Head of Program Innovative Academy, Sebastian Alex Dharmawangsa, dalam rilis yang dikirim Senin (4/2) mengatakan kunjungan ditujukan untuk memberikan wawasan terkait perkembangan teknologi dan kewirausahaan pada era revolusi industri 4.0, “Pengetahuan ini diharapkan mampu membuka opsi baru di dunia kerja bagi mahasiswa dan hilirisasi penelitian,” kata Alex.
Menurut Alex, berbagai kegiatan dan program telah dilakukan IA UGM dalam upaya mendukung visi Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar se-asia tenggara di tahun 2020. Sebastian menambahkan dalam menjalankan program, Innovative Academy menekankan keberlanjutan dari setiap startup yang dibina, tahap perencanaan menjadi sangat penting, terlebih pada tahap validasi ide dan pasar. “Dari dimulainya program ini di tahun 2014, Innovative Academy telah menginkubasi sebanyak 54 Startup, yang 9 diantaranya telah memasuki tahap akselerasi,” ujarnya
Dalam kunjungan mahasiswa Satya Wiyata Mandala, kata Alex, diperkenalkan terhadap dua startup yang telah menjalani tahap akselerasi. Keduanya ialah Nusantera yang merupakan startup dengan produk berbasis IoT dan Bantu Ternak yang memberikan opsi kepada masyarakat untuk melakukan investasi di bidang peternakan.
Kunjungan tersebut dibuka oleh Kasubdit Pengembangan Usaha, Universitas Gadjah Mada, Eddy Junarsin, S.E., M.B.A., Ph.D. Pada kesempatan itu, Eddy Junarsin menyampaikan model Pengembangan Usaha dan Inkubasi, posisi Universitas Gadjah Mada sebagai “Socio-entrepreneurial University” meneguhkan komitmen UGM dengan spirit gotong royong untuk membawa hasil riset dan inovasi yang bersifat multi dan lintas disiplin bagi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.
Lebih lanjut Eddy Junarsin menjelaskan rantai hilirisasi produk UGM ke industri melalui Inovasi dan Pengembangan Bisnis, Inkubasi dan Pendampingan, serta Startup Business.
Dalam kesempatan itu pula, mahasiswa USWIM mendapatkan penjelasan terkait proses terseleksinya startup yang telah dibina melalui program Innovative Academy. Anggit A. Setiawan (CEO – Nusantera) dan Leni Nurhanini (Business Development – Bantu Ternak) memperoleh kesempatan berbagi inspirasi kepada mahasiswa-mahasiswi USWIM dengan pemaparan latar belakang dan permasalahan apa yang telah dicoba diselesaikan serta proses operasional yang dilakukan oleh keduanya.
Bagi Anggit, dalam menciptakan produk berbasis IoT sendiri harus menempuh waktu riset yang cukup panjang. Demikian juga yang dialami oleh Leni dan timnya, untuk menghasilkan ide startup yang mereka miliki saat ini diperlukan metode riset yang tepat serta waktu yang tidak singkat untuk mendatangi para pelaku di sektor peternakan.
Dalam sesi yang dimoderatori oleh Outreach Manager Innovative Academy, Chaisar Ahmad tersebut, kedua startup juga menceritakan problematika yang banyak dihadapi oleh para perintis usaha digital, baik dari manajemen tim hingga mengikuti gejolak-gejolak demand di pasar.
Sementara dalam kunjungan mahasiswa asing yang tergabung dala AIESEC, Reno Prasasto, selaku CEO dan Co-Founder memaparkan, Pijar Psikologi memaparkan tentang startup mereka sebagai sarana edukasi mengenai isu-isu kesehatan mental dan psikologi yang mudah diakses. Rendahnya angka aksesibilitas psikolog di Indonesia menjadi inspirasi bagi Reno dan tim untuk memberikan pemahaman dan akses yang mudah bagi masyarakat. “Saat ini kami juga melayani korporat untuk mendampingi karyawannya dalam menghadapi isu-isu mental dan psikologis yang dapat mengurangi tingkat produktivitas perusahaan,”kata Reno. (Humas UGM/Gusti Grehenson).