
Universitas Gadjah Mada mengirim tim relawan yang tergabung dalam Disaster Response Unit (DERU) untuk membatu memulihkan kondisi psikologis dan penanganan kesehatan para korban bencana tsunami di Lampung Selatan. Relawan yang terdiri dari 17 orang mahasiswa dan dosen ini akan ditempatkan di Desa Sukaraja, Rajabasa, Lampung Selatan selama 10 hari, 22-31 Januari mendatang.
Ketua tim relawan, dr. Fitriana, mengatakan para relawan akan melakukan pemeriksaan kesehatan dan pemulihan kondisi psikologis para korban yang tinggal di lokasi tenda pengungsian. “Kami akan melakukan klinik keliling dengan menerjunkan tenaga bidan, farmasi dan kesehatan,” kata Fitriana ditemui di sela-sela pelepasan tim relawan di kantor Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPM) UGM, Selasa (22/1).
Menurut Fitriana, tim relawan yang sebagian besar merupakan mahasiswa dari Fakultas Psikologi ini akan melakukan kegiatan pemulihan trauma terutama kepada anak-anak. “Nantinya kegiatan pemeriksaan kesehatan dan trauma healing akan kita lakukan secara bersama-sama,” katanya.
Untuk pemeriksaan kesehatan dan pengobatan ia bersama tim kebidanan FKKMK juga telah menyiapkan alat diagnosis kesehatan untuk memeriksa tensi, kolesterol, asam urat dan diabetes. “Saya pikir nantinya akan banyak keluhan kesehatan yang perlu kami tangani, sekaligus melakukan edukasi kesehatan ke mereka,” katanya.
Kegiatan pengiriman relawan ini UGM bekerja sama dengan Kagama Care yang sebelumnya telah menerjunkan para relawan yang mayoritas merupakan para alumnus UGM untuk membantu korban pasca terjadi bencana. “Kita memiliki dua posko untuk melayani kebutuhan pengungsi,” kata Agus Ramli dari relawan Kagama Care.
Posko yang sudah dirikan tersebut, kata Agus, berada dua desa, yakni Desa Way Muli dan Kunjir yang masing-masing terdiri 600 dan 200 kepala keluarga yang terkena dampak bencana. Ia menuturkan saat ini kebutuhan logistik di tenda pengusian sudah mencukupi, namun pendampingan layanan kesehatan masih minim. “Sebelumnya warga mengungsi ke bukit menjauhi pantai, kondisi tenda darurat masih seadanya, namun sekarang sudah ada yang kembali beraktifitas. Rencana ke depan dengan para relawan ini bantu trauma healing dan pemberdayaan ekonomi kampung nelayan,” ujarnya.
Direktur DPkM UGM, Prof. Ir. Irfan Priyambada, M.Sc., Ph.D., mengatakan pengiriman tenaga relawan ini dikhususkan untuk membantu para korban dari sisi kesehatan dan pemulihan kondisi psikologis para pengungsi. “Pengalaman kita setiap ada bencana selalu menjadi kebutuhan utama adalah penanganan kesehatan dan menyusul berikutnya pemulihan kondisi psikologis para korban bencana,” katanya.
Pengiriman tenaga relawan ke Lampung Selatan ini, menurut Irfan, merupakan bagian dari komitmen UGM untuk membantu para korban yang terkena dampak bencana gempa dan tsunami di daerah yang terjadi akhir-akhir ini. Saat ini, mahasiswa KKN peduli Bencana masih berada di Lombok dan Donggala membantu masyarakat setempat. Selain itu, tambah Irfan, program pengiriman relawan ini diharapkan bisa meningkatkan kepekaan mahasiswa untuk selalu peduli terhadap sesama. “Kita ingin membangun semangat kemanusiaan para mahasiswa dengan mereka terjun langsung ke daerah bencana, namun yang lebih penting meningkatkan rasa kepedulian mereka daripada sekadar memberi bantuan,” imbuhnya.
Namun begitu, imbuh Irfan, kepedulian mahasiswa membantu warga korban bencana kadang meninggalkan cerita haru. Irfan mengenang, saat mahasiswa masih tengah membantu warga Desa Gumantar Lombok Utara, NTB, lalu tidak lama kemudian terjadi bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, warga kampung setempat secara spontanitas menjual uang hasil panen pisang selama satu minggu untuk membantu warga Palu dan Donggala. “Ketika kami susah, kalian datang ke sini, kami titipkan panen seminggu ini untuk masyarakat Palu,” kata Irfan menirukan ucapan warga ke mahasiswa yang akan berpindah tugas ke Palu. (Humas UGM/Gusti Grehenson)