CEO General Electric Indonesia, Handry Satriago, menjadi pembicara dalam acara Executive Lecture Series yang diselenggarakan Magister dan Doktor Studi Kebijakan Sekolah Pasca Sarjana serta Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Jumat (14/12) di University Club UGM.
Dalam kuliah umum ini, ia berbicara mengenai kepemimpinan dan inovasi di era disrupsi, termasuk berbagai tantangan yang ia hadapi dalam memimpin salah satu perusahaan tertua ini untuk tetap bertahan di tengah munculnya berbagai model bisnis baru.
“Berbicara mengenai disrupsi, saya benar-benar mengalami itu. Ini adalah masa-masa yang cukup berat karena banyak hal sulit untuk diprediksi,” ucapnya.
Perubahan-perubahan yang terjadi saat ini, ujarnya, masih akan terus berlangsung karena memiliki dua pendorong kuat yang tidak akan hilang, yaitu globalisasi serta akselerasi teknologi. Kedua faktor ini telah menciptakan perubahan yang signifikan dalam perekonomian dunia.
Jika sebelumnya peringkat perusahaan terbesar di dunia banyak ditempati perusahaan energi dan industri manufaktur, kini posisi tersebut mulai ditempati perusahaan berbasis ide yang sebagian di antaranya bahkan tidak memiliki produk fisik.
“Perusahaan seperti google dan facebook punya kapitalisasi yang besar, tapi tidak jelas sebenarnya apa yang dijual, bukan seperti perusahaan-perusahaan dulu yang mengejar produksi barang-barang tertentu. Ini model bisnis yang berbeda dan belum ada puluhan tahun yang lalu,” terangnya.
Untuk mampu bertahan di tengah perubahan ini, daya inovasi menjadi hal yang krusial untuk dimiliki perusahaan maupun individu. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik pun, diperlukan keberanian untuk menjadi berbeda dan kemampuan untuk mencari kesempatan-kesempatan baru.
“Kita harus siap untuk menghadapi, tidak lagi bisa memakai strategi wait and see seperti dulu, lihat mana yang sukses baru diikuti. Hari ini kalau kita terlalu lama menunggu kita tidak akan bisa melihat hasilnya,” kata Handry.
Selain itu, seorang pemimpin di era disrupsi juga harus memiliki tekad untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang ada dan menyelesaikan persoalan yang telah terjadi untuk waktu yang lama dengan pola pikir yang modern sehingga persoalan tersebut tidak berlanjut hingga ke era selanjutnya.
“Kalau ada hal yang terjadi saat ini yang tidak Anda sukai, ya jangan lakukan itu. Kalau saat ini ada korupsi atau banyak birokrasi yang menyulitkan, kalian harus bisa memutus persoalan tersebut supaya generasi setelah Anda tidak lagi harus menghadapi persoalan yang sama,” paparnya. (Humas UGM/Gloria)