
Kemiskinan dan ketimpangan pendapatan masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Angka kemiskinan di DIY tahun 2016 mencapai 13,1% atau tertinggi se-Pulau Jawa, dengan standar garis kemiskinan yang diacu Badan Pusat Statistik (BPS) yang hanya menggunakan standar penghasilan Rp360.169 per kapita per bulan.
Kemiskinan banyak terjadi di daerah desa yang kebanyakan warganya bekerja sebagai petani. Kepemilikan lahan yang rendah (di bawah 300 m2) merupakan salah satu penyebab rendahnya penghasilan petani. Selain itu, minimnya pengetahuan para petani dalam menjalankan pertanian juga menyebabkan sistem pertanian tidak dijalankan secara efektif.
Persoalan ini mendorong Fakultas Peternakan UGM melakukan Program Diseminasi Produk Teknologi ke Masyarakat dengan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) melalui transfer teknologi budidaya ayam layer untuk menghasilkan telur fungsional sebagai trobosan terbaru.
“Program pemberdayaan masyarakat melalui pemeliharaan ayam petelur dilakukan berdasarkan teknologi yang dikembangkan melalui hasil penelitian-penelitian yang kami lakukan selama ini. Produk penelitian yang dihasilkan di kampus diharapkan dapat ditransfer untuk mengurai masalah yang terjadi di masyarakat, seperti kemiskinan dan kebutuhan pangan” jelas Ketua Progam Pemberdayaan, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU.
Produk telur fungsional memiliki nilai gizi yang lebih baik sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan telur pada umumnya. Selain itu, pemberdayaan masyarakat melalui peternakan ayam layer akan menyediakan kebutuhan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat dilaksanakan di Desa Banaran Kidul, Bangungcipto, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo dengan melibatkan petani yang masih berpenghasilan rendah. Program tersebut mulai dilaksanakan dari bulan Juni 2018, dan sementara ini peternak mitra yang terlibat dalam program berjumlah 5 orang.
Transfer teknologi yang diberikan kepada mitra peternak meliputi pembuatan kandang, manajemen pakan, pemeliharaan, penanganan telur, hingga keberlanjutan sistem peternakan. Peternak akan mendapatkan ayam dengan jumlah 40-50 ekor setiap individu. Pendampingan akan dilakukan selama 2 bulan kemudian dilanjutkan monitoring dan evaluasi terkait pemahaman transfer teknologi budidaya ayam layer untuk menghasilkan telur fungsional yang telah diberikan melalui parameter teknis dan ekonomi.
Salah satu mitra peternak, Eko Pratomo, menyampaikan bahwa program pemeliharaan ayam petelur dapat menjadi tambahan penghasilan keluarga. Tidak hanya itu, telur yang dihasilkan juga dapat dikonsumsi untuk meningkatkan nilai gizi keluarga. Selain itu, pemeliharaan ayam petelur yang dilakukan tidak membutuhkan lahan luas dan dapat dikelola dengan mudah.
Pemberdayaan masyarakat melalui peternakan ayam layer yang menghasilkan telur fungsional diharapkan menjadi model pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui ketersediaan pangan yang bergizi seimbang dan memiliki nilai ekonomi tinggi. (Humas UGM/Gloria)