Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM menyelenggarakan kegiatan talkshow kesehatan mengenai “Memotret Budaya Makan: Dari Mitos Sampai Fakta Kesehatan” pada Kamis, (29/9) di Auditorium FK-KMK UGM.
Acara ini membahas mengenai budaya makan yang dipotret dari mitos sampai fakta kesehatan. Muatan materi dalam program talk show kesehatan ini berbasis pada buku karya Dosen Gizi Kesehatan FK-KMK UGM, Dr. Toto Sudargo, M.Kes., dkk berjudul “Budaya Makan” yang diterbitkan oleh UGM Press. Program talkshow kesehatan ini harapannya mampu menjadi ruang diseminasi informasi publik bagi masyarakat awam untuk memahami unsur budaya dan perilaku makan dari sisi kesehatan maupun sejarah pangan nusantara.
Narasumber dalam acara ini adalah Dr. Toto Sudargo, M.Kes (Pakar Gizi Kesehatan/Penulis Buku “Budaya Makan”) yang memaparkan mengenai latar belakang penulisan buku “Budaya Makan”, kemanfaatan dan harapan karya buku tersebut bagi akademisi, klinisi, praktisi, dan semua pihak yang berkepentingan terhadap pemahaman budaya makan masyarakat Indonesia ditinjau dalam perspektif kesehatan. Selanjutnya adalah dr. Irma Sri Hidayati, SpA., M.Sc (Pakar Ilmu Kesehatan Anak), dan Fadly Rahman, MA (Pakar Sejarah/Penulis Buku “Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia”) yang memaparkan materi dari tinjauan aspek klinis ataupun gizi nutrisi anak, faktor risiko dan potensi penyakit yang muncul akibat adanya defisiensi nutrisi. Narasumber yang terakhir adalah Fadly Rahman, MA (Pakar Sejarah/Penulis Buku “Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia”), yang memaparkan materi tentang aspek sejarah makanan nusantara, mulai dari mitos, kemunculan resep pribumi, terjadinya proses akulturasi budaya, hingga menjadi budaya makan masyarakat Indonesia.
Toto memaparkan Indonesia memiliki beragam budaya nusantara, salah satunya budaya makan. Budaya makan tidak sekedar menjadi sebuah ‘kebiasaan’. Di dalamnya terkandung kepercayaan, pantangan, anjuran dan beragam catatan lain yang melekat pada setiap kekhasan makanan. Budaya makan ini juga menjadi salah satu yang memengaruhi perilaku makan masyarakat, seperti: tata krama, frekuensi, pola makan dan pemilihan makanan. Perbedaan budaya setiap daerah mengakibatkan adanya perilaku makan yang berbeda-beda.
“Perilaku makan ini terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya adalah faktor fisik dan psikologis. Sedangkan faktor eksternalnya adalah faktor budaya, ekonomi, norma sosial, dan pengetahuan,” papar Toto pada Kamis, (29/9).
Budaya makan yang berkembang dan turun temurun secara tidak disadari akan menjadi semacam acuan masyarakat dalam mengkonsumsi bahan pangan. Tidak jarang budaya mengkonsumsi bahan pangan tertentu sudah ditradisikan sejak masa kanak-kanak. Oleh karena itu, perilaku makan ini memiliki berkaitan dengan kualitas status kesehatan masyarakat. Situasi ini di satu sisi bisa mengakibatkan terjadinya kelebihan kandungan zat nutrisi tertentu untuk makanan yang dianjurkan. Namun di sisi lain, masyarakat akan mengalami defisiensi nutrisi akibat adanya pantangan makanan.
Fadly menyampaikan bahwa budaya makan di Indonesia erat kaitannya dengan aspek sejarah. Sepanjang tahun 1950-an hingga awal 1960-an banyak diterbitkan buku-buku ilmu gizi dan kesehatan masyarakat. Buku-buku ini dibagikan ke sekolah-sekolah dan rumah tangga dalam rangka mengedukasi para siswa dan ibu rumah tangga tentang cara mengatasi gizi buruk.
“Salah satu penyebab tingginya angka gizi buruk adalah beredarnya berbagai mitos dalam budaya makan masyarakat yang sebagian besar berlaku untuk ilmu hamil dan menyusui serta anak-anak,” ujar Fadly.
Penulis: Desy
Foto: Okezone.com