
“Gerakan mahasiswa tanggap bencana di UGM kebanyakan bergerak sendiri-sendiri. Hal itu menyebabkan kurang terkoordinasi dan bertanggung jawab jika dievaluasi. Oleh karena itu, kami menginisiasi proyek ini,” sebut Fakhrul Islam, selaku project manager Minggu Berbagi.
Hal itu diungkapkan Fakhrul ketika ditemui pada acara Minggu Berbagi yang diselenggarakan atas kerja sama Badan Eksekutif Mahasiswa UGM dan Forum Komunikasi Mahasiswa UGM pada Minggu (14/10) di Halaman Balairung UGM. Acara ini merupakan salah satu wujud pergerakan mahasiswa UGM yang memiliki keresahan sama dalam merespons bencana alam di Indonesia.
Selain acara ini, Fakhrul menyatakan untuk tiga minggu sejak hari Jumat (12/10) kemarin, posko donasi sudah dibuka bagi tiap sivitas akademika UGM yang bersedia menyumbang untuk korban bencana di Palu-Donggala. “Sejauh ini respons sudah bagus, donasi yang masuk juga terus mengalir,” sebutnya.
Fakhrul mengungkapkan Minggu Berbagi diharapkan dapat menjadi wadah bagi semua sivitas akademika tanggap bencana di UGM dengan melepas identitas golongan, baik fakultas maupun organisasi lainnya. Ia menyebut bahwa kegiatan ini hanya sebagai media untuk menggaungkan suara pergerakan saja. “Setelah acara ini, kita berharap akan terbentuk satu wadah bagi mereka yang diberi nama Relawan Mahasiswa UGM Bersatu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Fakhrul menyebut bahwa ini adalah momentum bersama mahasiswa UGM untuk menyatukan kekuatan dalam usaha menanggapi bencana di Indonesia ke depannya. “Saya harap gerakan ini bisa menjadi role model bagi gerakan-gerakan tanggap bencana lain bagi mahasiswa di Indonesia,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)