Peneliti UGM dan Universitas Twente Belanda menggelar penelitian bersama untuk mendata kandungan potensial panas bumi di Bajawa, Kepulauan Flores, Nusa Tenggara Timur. Menggunakan teknologi LiDAR untuk mendapatkan foto udara dan menggabungkan data suhu permukaan, pelaksanaan survei ini mendapat dukungan penuh dari ASI Pudjiastuti Geosurvey. Survei pengambilan data potensial panas bumi akan berlangsung selama 2 minggu ke depan yang dipimpin oleh Dr. Agung Setianto, peneliti Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM.
Agung Setianto mengatakan untuk mengetahui potensial panas bumi di Bajawa pihaknya menggunakan data udara yang merupakan gabungan dari data medan LiDAR dengan presisi tinggi dan data suhu permukaan. Selanjutnya, data tersebut akan diolah untuk memetakan ekspresi permukaan dari potensi panas bumi yang mendasarinya. “Perolehan data dari survei tersebut akan menjadi yang pertama di Indonesia terkait panas bumi di daerah tersebut,” kata Agung dalam rilis yang dikirim ke wartawan, Rabu (19/9).
Kerja sama dengan peneliti The Faculty of Geo-Information Science and Earth Observation), University of Twente, Belanda ini merupakan tindak lanjut implementasi nota kesepahaman antara 3 pihak yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan Indonesia International Geothermal Conference and Exhibition (IIGCE) pada September 2018 lalu di Jakarta. Dikatakan Agung, penandatanganan nota kesepahaman tersebut disaksikan oleh wakil dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan koordinator Geothermal Capacity Development Programme Indonesia – Netherlands (Geocap).
Sementara itu, pembiayaan dari survei tersebut didukung oleh PT. APG dan Geocap. Seperti diketahui, GEOCAP merupakan organisasi kerja sama internasional antara Indonesia dan Belanda yang bertujuan untuk mengembangkan program-program panas bumi untuk pendidikan dan pelatihan, penelitian dan basis data bawah permukaan. “Geocap sendiri memperoleh pendanaan oleh Kementerian Luar Negeri Belanda,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)