
Kanker serviks uteri adalah kanker primer pada serviks uteri atau leher rahim dengan tingkat kejadian dan angka kematian yang cukup tinggi dan kanker keempat tersering yang menimpa wanita di dunia, setelah kanker panyudara, paru-paru dan kolon. Bahkan, kanker serviks merupakan penyakit kanker peringkat kedua yang sering menimpa para wanita usia reproduktif.
Seperti diketahui, kanker serviks uteri disebabkan oleh infeksi jangka panjang Human papillomavirus (HPV) terutama jenis high-risk HPV, seperti HPV 16, HPV 18, HPV 31 dan HPV 33. Saat ini, terapi utama kanker serviks masih menggunakan operasi dan radiasi karena kanker serviks merupakan kanker ginekologik yang kurang sensitif terhadap kemoterapi. Namun, umumnya setelah menjalani terapi kanker melalui operasi dan radisasi ternyata 40% penderita kanker serviks masih memiliki sisa tumor, metastasis atau relaps sehingga perlu dicari terapi lain.
Belum maksimalnya terapi kanker serviks karena masih banyaknya efek samping serta harga obat yang mahal mendorong para peneliti untuk mencari obat kanker yang efektif dan selektif dengan target molekuler yang tepat. Salah satunya menggunakan senyawa aktif isoflavon dari minyak daun cengkih sebagai antikanker.
Mahasisa program doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Lelly Yuniarti, melakukan riset mengenai mekanisme molekuler antikanker dan ko-kemoterapi senyawa dari minyak daun cengkih pada kultur serviks uteri. Senyawa pada minyak daun cengkih yang bernama 1,2-epoksi-3(3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiron-4on) propana (EPI) ini memiliki aktivitas sitotoksik sedang terhadap kultur sel kanknker uteri. “Setelah kita teliti, senyawa EPI dengan kombinasi doxorubicin (DOX) dapat diusulkan menjadi ke-kemoterapi yang poten untuk meningkatkan efektifitas dan mengurangi toksik,” kata Lelly dalam ujian terbuka promosi doktor di ruang auditorium FKKMK UGM, Jumat (31/8).
Meski baru sebatas penelitian dasar, ia menegaskan bahwa penelitian perlu dikembangkan lebih lanjut untuk dilakukan pengujian in vivo kombinasi senyawa EPI dan DOX serta EPI dan cisplatin (CIS) pada hewan coba untuk menilai efektiftas antikanker dan efek toksiknya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)