“Reuni tidak hanya hura-hura semata, kami juga mempersembahkan karya,” ucapan Anif Punto Utomo, selaku ketua Alumni Teknik Geologi UGM Angkatan ‘83. Ucapan Anif itu terlontar dalam acara ‘Jumpa Pers Peluncuran Buku Geologi untuk Negeri’ pada Sabtu sore (11/8) di Den Singo Koffie. Peluncuran buku ini merupakan salah satu rangkaian acara ‘Reuni 35 Tahun Alumni Teknik Geologi UGM Angkatan ‘83’.
Buku tersebut, menurut Anif, sebuah sumbangsih angkatannya untuk menyelesaikan permasalahan geologis di Indonesia. Menurutnya, Indonesia itu kaya secara sumber daya alam (SDA), tetapi tidak bisa memanfaatkannya. “Kebanyakan malah menjadi bumerang,” ungkapnya.
Sukamandaru Priyatmoko, alumni yang menjadi Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, menjabarkan ada tiga aspek dalam geologi yang menjadi permasalahan di Indonesia. Pertama, aspek ekstraksi dari SDA yang seperti disebut tadi.
“Indonesia banyak memiliki SDA, seperti tambang, minyak bumi, dan masih banyak lagi. Namun, kita tidak memanfaatkannya. Akhirnya, pihak asinglah yang malah meraup keuntungan darinya,” ujarnya.
Aspek selanjutnya, lanjut Daru, adalah mitigasi. Ia menjabarkan pengaruh faktor geologis, selain menyebabkan Indonesia kaya akan SDA. Hal itu juga menyebabkan Indonesia memiliki banyak sumber bencana.
Aspek terakhir menurut Adi Maryono, selaku kepala editor buku ‘Geologi untuk Indonesia’, adalah konservasi SDA. Ia mencontohkan fenomena banjir rob di daerah pesisir utara Jawa. Hal itu terjadi karena penurunan level tanah di sana.
Adi menyatakan memang hal itu memiliki sebab alam seperti perubahan iklim global, perubahan batuan, serta proses tektonis bumi mempengaruhinya. Namun, ia juga menekankan manusia juga berperan menyebabkan penurunan tanah itu. “Eksploitasi air tanah oleh penduduk sekitar secara berlebihan juga menjadi penyebabnya,” tuturnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, menurut Adi, buku ini hadir untuk memberikan solusi. Dalam buku ini, lanjutnya, ada dua cara untuk mengatasi permasalahan tadi yaitu melalui penegakan hukum dan edukasi .
“Kita mendorong pemerintah untuk merekonstruksi kerangka regulasinya agar kebijakan tentang ekstraksi diperketat, pemakaian air tanah dibatasi, serta peningkatan early warning system untuk bencana. Selain itu, diskusi ilmiah juga digiatkan untuk masyarakat umum,” ujar Adi.
Sementara itu, Prof. Nizam, Dekan Fakultas Teknik UGM, dalam sambutannya pada acara puncak temu alumni yang berlangsung malam harinya di Grha Saba Pramana, menyatakan kebanggaannya kepada alumni Teknik Geologi angkatan ’83 ini. Menurutnya, apa yang telah dilakukan oleh angkatan ini patut dicontoh oleh berbagai angkatan lain, baik di Teknik Geologi maupun departemen lainnya.
Hal senada diungkapkan Heru Hendrayana, Kepala Departemen Teknik Geologi UGM. Kehadiran buku ini tepat ketika usia departemen mencapai tahun ke 59-nya. Hal itu, ungkapnya, sama dengan tahun berdirinya departemen. “Semoga kebetulan ini akan membawa departemen meraih pencapaian tertingginya pada masa yang akan datang,” harapnya. (Humas UGM/Hakam)