Fisipol UGM menyelenggarakan Dialog Kebangsaan pada Sabtu (28/7) di Auditorium lantai empat, Fisipol UGM. Dengan mengusung tema “Peran Sociopreneur dalam Mewujudkan Ketahanan Nasional”, dialog ini merupakan acara pamungkas dari rangkain progam Akademi Kewirausahaan Masyarkat (AKM).
Erwan Agus Purwanto, Dekan Fisipol UGM, menyatakan program semacam ini sudah diinisiasi fakultasnya sejak dua tahun yang lalu. “Dulu ada Soprema yang akhirnya menghasilkan creative hub Fisipol. Kemudian tahun ini baru AKM terselenggara,” tuturnya.
Tujuan dari AKM ini, menurut Erwan, untuk menyelesaikan masalah perekonomian masyarakat pinggiran. Erwan menerangkan nantinya seratus orang peserta yang telah terpilih akan ditempatkan di berbagai daerah untuk diangkat perekonomiannya. “Untuk itu kami mengharapkan dukungan dari pemerintah daerah agar kolaborasi ini berjalan,” ungkapnya.
Hasto Wardoyo, Bupati Kulonprogo yang hadir sebagai narasumber dialog, mengungkapkan hal yang desa butuhkan bukanlah motivasi, melainkan bimbingan. Tiga hal yang ditekankan oleh Hasto adalah produksi, pasar, teknologi. Ketiga hal itu harus dikuasai desa agar mampu bersaing dalam bidang ekonomi. “Peran para sociopreneur tadi di sini. Kami mengharapkan kreativitas dan kolaborasi,” ujarnya.
Hal lain diungkapkan Hanif Dhakiri, Menteri Tenaga Kerja RI yang juga hadir. Menurutnya, untuk menjadi seorang sociopreneur, motif yang dibawa bukanlah untuk mencari keuntungan ekonomis, melainkan harus membawa basis sosial dalam praktiknya.
Selain itu, lanjut Hanif, kunci untuk sukses dalam sociopreneur bukanlah melihat fenomena belaka, tetapi perlu juga mendalami permasalahan dan mencari solusinya. “Tidak hanya thinking outside the box, kalau bisa malah thinking without the box,” ujarnya.
Argumen tersebut disanggah oleh Eros Djarot, budayawan sekaligus pengamat politik yang turut meramaikan dialog. Ia berpendapat sociopreneur tidak bisa melepaskan diri dari big box. Hal yang dimaksud Djarot sebagai big box adalah bangsa serta negara RI, tepatnya Pancasila.
“Kita harus tahu siapa diri kita, identitas kita. Usaha yang diperlukan adalah yang menguatkan Indonesia, bukan malah melemahkan,” pungkasnya. (Humas UGM/Hakam)