Perguruan tinggi diarahkan untuk mengelola keuangan dan aset secara modern dengan mengedepankan trasparansi dan akuntabilitas agar layanan publik semakin baik. Peningkatan kemampuan pengelolaan keuangan dan aset yang semakin maju diharapkan mampu mendorong kampus bisa menjadi kampus bertaraf internasional dan berkelas dunia. Demikian yang dikemukan oleh Wakil Menteri Keuangan, Prof. Mardiasmo, MBA Akt., saat menjadi pembicara kunci dalam pertemuan pengelola perguruan tinggi Eropa dan Asia Tenggra yang tergabung dalam Advanse atau Advancing University Financial Management Practices in South East Asia, Kamis (5/7), di Balai Senat UGM.
Mardiasmo mengatakan untuk menjadi perguruan tinggi yang bisa bertaraf internasional diperlukan otonomi dalam hal pengelolaan di bidang akademik dan non akademik. Di bidang akademik, pemerintah memberikan otonomi dalam bidang struktur dan budaya kerja, sementara di bidang non akademik, yaitu otonomi di bidang manajemen dan keuangan.
Meski demikian, kata Mardismo, belum semua perguruan tinggi mendapatkan hak otonomi dalam pengelolaan keuangan, sebab rata-rata saat ini separuh anggarannya berasal dari negara, sisanya 45 persen dari dana masyarakat (biaya kuliah) dan hanya lima persen dari hasil kerja sama pihak luar. “Pendapatan dari luar hanya berkisar 5 persen,” katanya.
Melihat kondisi tersebut, kata Mardiasmo, pemerintah mendukung peningkatan kemampuan otonomi melalui manajemen keuangan dengan mengoptimalkan pemanfaatan aset. “Pemanfaatan aset untuk meningkatan kualitas pendidikan dan meningkatan jumlah pendanaan,” katanya.
Manajemen keuangan dan aset, diakui Mardismo, tidak bisa dilakukan serampangan, namun diperlukan model pengelolaan yang mengedepankan integritas. “Diperlukan integritas manajemen keuangan sehingga kampus bisa menjadi model integritas dalam pengelolaan keuangan dan aset,” katanya.
Konsep otonomi perguruan tinggi di bidang akademik dan non akademik tidak sekadar mampu mengelola keuangan, SDM, aset dan budaya kerja, namun juga mampu menghasilkan SDM berkualitas yang diperlukan oleh industri dan pasar. “Untuk mencapai tujuan kesejahteraan sebuah negara dibutuhkan banyak SDM berkualitas, peran kampus sendiri sebagai penyedia sumber daya penggerak perubahan tersebut,” ujarnya.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., dalam pidato sambutannya mengatakan manajemen keuangan menjadi kunci dalam peningkatan kulitas pendidikan di lingkungan perguruan tinggi. Pengalaman dari negara Eropa dalam mengelola keuangan secara modern dan strategis dalam mendapat pendanaan di luar pemerintah dan masyarakat patut untuk dicontoh. “Saya berharap dari konferensi ini nantinya dapat dihasilkan best practice serta ide-ide baru yang muncul,” katanya.
Seperti diketahui, Advanse beranggotakan tiga univeritas di Eropa, yakni Alicante University, FH Joanneum University, Saarland Univeraity serta enam universitas dari Asia Tenggara, diantaranya UGM, USU, Universitas Putra Malaysia, Universitas Teknologi MARA, Naresuan University dan Katsesart University.
Ketua Advanse Project Doukas Dimitrios dari FH Joanneum University Austria mengatakan misi project Advanse dalam rangka mempromosikan modernisasi manejemen keuangan dan strategi diversifikasi penerimaan pendanaan di lingkungan perguruan tinggi. Menurutnya, project yang didanai Erasmus Programme ini berlangsung selama tiga tahun. Kampus di Asia Tenggara yang diajak terlibat dalam project ini berasal dari tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand. (Humas UGM/Gusti Grehenson)