Lima mahasiswa UGM yang tergabung dalam kelompok PKM Kewirausahaan Yamku Rombe Gama Ayam mengembangkan bisnis ayam Kambro (Kampung Broiler) yang dipasarkan dengan merk Yamku Rombe. Selain karena ayam ini memiliki kualitas yang unggul, para mahasiswa menginisiasi pemasaran ayam Kambro untuk mengurangi ketergantungan impor daging ayam, telur ayam, maupun Day Old Chick (DOC).
“Ayam kambro atau disebut juga ayam F1 Broiler memiliki karakteristik unggulan yang didapatkan dari sifat induknya. Dalam jangka panjang, pengembangan ayam ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor daging ayam, telur ayam, maupun Day Old Chick (DOC) khususnya ayam pedaging,” jelas I Wayan Swarautama Mahardhika, salah satu anggota PKM tersebut.
Selain Wayan, empat mahasiswa lain yang tergabung dalam kelompok PKM Yamku Rombe adalah Desiana Afifah, Faridatul Hidzroh, Nugroho Nofriarno, dan Burhan Amirudien. Ayam yang dipasarkan secara luas merupakan ayam hibrida hasil perkawinan antara ayam Kambro yang menghasilkan ayam F2 Broiler dengan kualitas yang sama seperti indukannya.
Kambro sendiri merupakan nama galur yang diberikan pada ayam hibrida hasil persilangan ayam Pelung Blirik Hitam dan ayam Broiler strain Cobb 500 yang berhasil dibudidayakan oleh Gama Ayam Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Wayan memaparkan, ayam Kambro unggul dari segi pertumbuhan karena dengan umur 7 pekan bobot ayam kambro bisa mencapai 1.175,02 gram, serta memiliki rasio femur atau paha dan tibia atau betis yang unggul dibandingkan ayam broiler dan ayam pelung.
“Pengukuran rasio femur atau paha dan tibia atau betis menjadi indikator penjualan ayam. Sebab, rasio femur dan tibia yang tinggi didukung dengan warna kaki yang putih dan jengger merah menentukan seberapa tinggi nilai jual ayam, terutama ayam pedaging,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, rasio konversi pakan (Feed Conversion Ratio, FCR) ayam ini hanya 1,48. Artinya, untuk menghasilkan 1 kg daging, peternak hanya memerlukan 1,48 kg pakan. Sebagai perbandingan, FCR ayam broiler strain CP 707 berumur 7 pekan mencapai 1,93 dengan bobot tubuh mencapai 2.715 g, sementara FCR ayam kampung umur 10 pekan yang diberi pakan dengan kandungan protein 20% sebesar 2,27, sedangkan pemberian pakan dengan kandungan protein 22% memiliki FCR sebesar 2,19.
Ia menambahkan, komoditas unggas khususnya ayam mempunyai prospek pasar yang baik karena sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Meski demikian, selama periode 2011—2015 neraca volume impor dan ekspor bibit dan daging ayam nasional mengalami defisit dengan volume impor yang relatif lebih tinggi dibandingkan volume ekspor.
“Potensi plasma nutfah yang besar tersebut seharusnya dapat dikelola dengan optimal sehingga Indonesia dapat mencapai swasembada pangan nasional,” kata Wayan.
Untuk memperluas pemasaran, hingga saat ini Yamku Rombe telah menjalin kerja sama di antaranya dengan Koperasi Mahasiswa Biologi (KOPMA BIOGAMMA), Burjo Sawargi, dan Plaza Agro Gadjah Mada. Pemasaran dilakukan dengan menggunakan leaflet, sticker dan publikasi melalui media cetak dan daring. Selain untuk mencapai target penjualan, pemasaran dan publikasi juga mereka lakukan untuk mengedukasi dan menciptakan kesadaran masyarakat secara luas tentang kekayaan plasma nutfah Indonesia, salah satunya dari segi unggas yaitu ayam. (Humas UGM/Gloria)