
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., mewisuda sebanyak 1.023 lulusan program pascasarjana, terdiri 897 master, 15 diantaranya warga negara asing, 76 spesialis dan 50 doktor. Masa studi rata-rata lulusan magister adalah 2 tahun 8 bulan, jenjang spesialis 4 tahun 5 bulan, dan doktor 5 tahun 5 bulan. Waktu studi tersingkat untuk jenjang master diraih oleh Abdul Karim Susastro dari Prodi Ekonomika Pembangunan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, yang menyelesaikan studi dalam waktu 13 bulan 16 hari. Program spesialis diraih Vita Yanti Anggraeni dari Prodi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran dalam waktu 34 bulan 29 hari. Sementara untuk jenjang doktor diraih Ike Nurjuita Nayasilana dari Prodi Biologi, Fakultas Biologi, yang lulus doktor dalam waktu 35 bulan.
Rata-rata usia wisudawan lulusan master adalah 30 tahun 9 bulan, program spesialis 34 tahun 4 bulan dan doktor 45 tahun 10 bulan. Predikat lulusan termuda program master diraih Ariesta Annisaa Lubis dari prodi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, yang lulus pada usia 22 tahun 9 bulan 27 hari. Program spesialis diraih Victoria Dewanti Arifiana dari Prodi Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, yang menyelesai studi pada usia 28 tahun 3 bulan 13 hari. Sedangkan lulusan doktor termuda diraih Rizma Adlia Syakurah dari Prodi Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, yang lulus pada usia 31 tahun 11 bulan 25 hari.
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata untuk lulusan magister adalah 3,55, spesialis 3,68, doktor 3,67. Peraih IPK tertinggi untuk magister diraih enam orang dengan IPK 4,00, salah satu diantaranya Agustina Nila Yuliawati dari Prodi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi. Untuk jenjang spesialis, IPK tertinggi diraih oleh Prima Ananta Putra dari Prodi Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi dan Nadia Akita Dewi dari Prodi Dermatologi dan Venereologi, Fakultas Kedokteran, keduanya lulus dengan nilai IPK 3,96. Untuk program doktor, IPK tertinggi 4,00 diraih tiga orang, salah satunya yang lulus paling singkat diantara ketiganya adalah Ike Nurjuita Nayasilana dari Fakultas Biologi.
Rektor dalam pidato sambutannya menyampaikan ucapan selamat kepada wisudawan yang telah berhasil diwisuda. Lulusan yang telah diwisuda, kata Rektor, menjadi bagian keluarga besar alumni UGM yang berkiprah di berbagai bidang, tersebar di seluruh pelosok daerah hingga ke berbagai belahan dunia.
Dalam kesempatan itu, Rektor sempat menyinggung bahwa tahun 2018 merupakan tahun politik dengan akan dilaksanakannya pilkada serentak di 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten. Rektor berharap pelaksanaan pilkada bisa berjalan dengan aman dan lancar. Kepada para alumni UGM, Rektor mengajak para alumni untuk menjada kondusifitas dengan tetap menjaga kerukunan serta menjaga persatuan dan kesatuan. “Pilkada tidak boleh memecah belah bangsa, jangan sampai karena beda pilihan, menjadi tidak rukun antar tetangga dan antar kampung,” ujarnya.
Rektor juga menegaskan bahwa lulusan UGM yang diwisuda hari ini memiliki peluang untuk menjadi calon kepala daerah lewat pilkada. Oleh karena itu, ia berharap setiap alumni yang memegang amanah rakyat nantinya bisa menjalankan amanah dengan jujur dan bertanggungjawab. “Tidak menutup kemungkinan 5 atau 10 tahun mendatang Anda menjadi kepala daerah yang bertanggungjawab terhadap nasib rakyat. Jika masa itu tiba, Anda senantiasa mengamalkan ilmu pengetahuan untuk masyarakat, negara dan kemanusiaan dengan berpegang pada nilai kebenaran,” ungkapnya.
Lulusan UGM, kata Rektor, harus selalu menjaga integritas, jujur dan bertanggung jawab, saling bersinergi untuk memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Siwi Sari Prasastiwi dalam pidato sambutan wakil wisudawan mengatakan salah satu tantangan terbesar generasi muda sekarang ini adalah teknologi. Menurutnya, sistem automatisasi telah mendorong sistem layanan menjadi semakin mudah, murah, cepat dan transparan. Namun disisi lain, kemajuan teknologi tersebut menimbulkan risiko dengan munculnya ketergantungan manusia pada teknologi yang menyebabkan makin banyaknya lapangan pekerjaan yang hilang. “Pesaing kita bukan lagi tenaga dari luar namun tekologi terapan mutakhir,” kata lulusan Prrodi Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ini.
Menurutnya, generasi muda saat ini harus mampu berpikir kreatif dan inovatif agar gagasan segar bisa lahir dan tumbuh, mampu berproses dan beradaptasi dari kemajuan teknologi tersebut. “Saya percaya, kita semua bisa melewati tantangan yang ada sehingga bisa menjadi manusia yang lebih kuat dan mumpuni,” ujarnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson;foto: Firsto)