Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) bekerja sama dengan Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM menggelar summer course berskala internasional dengan tema “(Re)constructing Southeast Asia: The Narrative of ASEAN Identity” pada 1-20 Agustus mendatang secara daring. Program tahunan ini adalah salah satu upaya PSSAT sebagai pusat studi yang fokus pada kajian studi Asia Tenggara sekaligus sebagai Pusat Studi Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di bidang sosial untuk menarik minat mahasiswa dan peneliti untuk menimba ilmu dan berdialog tentang Asia Tenggara dengan dosen internasional, peneliti, dan pakar studi Asia Tenggara.
Drs. Muhadi Sugiono. M.A. selaku ketua penyelenggara menyampaikan bahwa program Summer Course 2022 ini diikuti oleh 50 peserta dari berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Rusia, Meksiko, Italia, Uganda, Bulgaria, dan Indonesia. “Selain itu, terdapat 18 dosen yang berasal dari berbagai universitas dari Jepang, Malaysia, Filipina, Korea, Jerman, dan Inggris,” katanya.
Dalam sesi opening ceremony yang berlangsung pada hari Senin (1/8), kuliah pada hari pertama diberikan oleh Prof. Emeritus Maria Serena Icasiano Diokno dari University of the Philippines dan Drs. Muhadi Sugiono, M.A. dari Universitas Gadjah Mada yang membahas tentang “The Ontology of Southeast Asia” dan “The Narrative of ASEAN Identity”. Muhadi menuturkan dengan latar belakang keilmuan dari para pemateri dan peserta yang sangat beragam, perkuliahan selanjutnya diharapkan semakin bisa memantik dialog dalam memahami isu mengenai Asia Tenggara dan juga ASEAN dari berbagai sudut pandang, mulai dari dinamika sosial, ekonomi, politik, budaya, dan keamanan.
“Kita inginkan perkuliahan summer course ini berlangsung dengan partisipasi aktif dari peserta dan diskusi yang sangat menarik pemateri menunjukkan bahwa identitas Asia Tenggara dan identitas ASEAN sebagai ceruk yang masih sangat hangat untuk didiskusikan,” katanya.
Muhadi menuturkan bahwa Asia Tenggara bukan sekadar ruang geografis dengan peran pasif di kancah internasional. Sebaliknya, kawasan terus menjadi agen aktif untuk terlibat dalam wacana internasional yang mencakup dinamika politik, ekonomi, sosial, dan budaya, serta masalah keamanan. Namun demikian, menurutnya tingkat minat dan jumlah penelitian yang dilakukan oleh akademisi mengenai Asia Tenggara sebagian besar dikembangkan di luar kawasan. Karenanya Center for Southeast Asian Social Studies atau PSSAT Universitas Gadjah Mada menginisiasi penyelenggaraan workshop tahunan soal pendidikan dan penelitian Asia tenggara sejak tahun 2014 lalu. “Namun sejak tahun 2021 juga diselenggarakan sebagai Summer Course, tidak hanya partisipasi mahasiswa, tetapi juga para peneliti dan dosen, memungkinkan mereka untuk memperluas perspektif mereka di kawasan Asia Tenggara,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson