Lembaga Pengembangan Kualitas Manusia (LPKM), Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan Workshop dan Temu Mitra 2017 dengan tema “Mewujudkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang Unggul dan Berkualitas.” Kegiatan itu merupakan bentuk kepedulian LPKM bersama mitra dan pemerhati Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menyamakan persepsi dan pemahaman tentang pengelolaan SDM di Indonesia. Hadir dalam acara tersebut perwakilan lebih dari 60 instansi yang menjadi mitra LPKM dan Fakultas Psikologi UGM. Acara yang diselenggarakan pada Selasa (10/10) di Hotel East Parc tersebut menghadirkan beberapa pembicara ahli, seperti Prof. Djamaludin Ancok, Ph.D., Drs. Fathul Himan, M.Psi., M.A., PH.D., dan Dr. Sumaryono, M.Si.
Pada kesempatan tersebut, Djamaludin memaparkan materinya yang mengangkat tema “Optimalisasi Potensi Karyawan melalui Talent Management.” Menurut Djamaludin, proses management talent terdiri dari business diagnosis, assessment, program design, implementation, On – the – job support, dan evaluasi. Djamaludin mengatakan bahwa talent management diperlukan untuk keunggulan perusahaan atau organisasi. Keperluan itu, menurut Djamaludin, tak lepas dari persentase intangible assets di tahun 2000 yang mencapai 85% jauh lebih besar dibanding tangible assets yang hanya sebesar 15%.
Pembicara lainnya, Sumaryono pada kesempatan tersebut menjelaskan bagaimana dinamika Generasi Y di tempat kerja saat ini. Menurut Sumaryono, ada beberapa perbedaan antara Generasi Y dengan generasi sebelumnya. Sumaryono menjelaskan, dalam bekerja Generasi Y memiliki pertimbangan lebih pada kebermanfaatan yang dapat diciptakannya di perusahaan dan lingkungan sosial. Hal tersebut membuat Generasi Y kurang menaruh perhatian pada status, jabatan, dan gaji semata.
“Generasi Y lebih memikirkan kontribusi apa yang bisa diberikan kepada perusahaan dan lingkungan sosial, mereka beraggapan bahwa jabatan dan gaji akan datang seiring dengan kontribusi yang mereka berikan,” ujar Sumaryono.
Sumaryono menjelaskan bila Generasi Y tidak merasa memberikan bagi perusahaan dan lingkungan sosial maka mereka akan keluar. Mereka akan mencari pekerjaan baru yang membuat keberadaan mereka bermanfaat dan dapat berkontribusi baik bagi perusahaan maupun lingkungan sosial. Hal itu menurut Generasi Y ingin selalu dilibatkan dalam kemajuan perusahaan dan lingkungan sosial sehingga mereka cenderung menyukai challenge yang dapat memberi solusi bagi perusahaan dan lingkungan sosial. Dampaknya bila itu tidak terpenuhi, banyak pekerja dari Generasi Y lebih memilih mundur dari perusahaan yang diikutinya dan mencari pekerjaan sesuai passion mereka.
“Ada dua cara untuk mengatasi fenomena tersebut, yakni enrichment dan enlargement tugas kerja Generasi Y,” jelas Sumaryono.
Sementara itu, Dekan Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Faturochman, M.A., mengatakan bahwa workshop dan temu mitra ini merupakan bagian dari slogan “mengakar kuat.” Mengakar kuat itu dilakukan dengan kerja sama yang selama ini telah dibangun dengan para mitra. Faturochman menambahkan, dengan temu mitra ini diharapakan LPKM dapat mendengar langsung pelayanan psikologi seperti apa yang dibutuhkan para mitra. Ia berharap dengan mendengarkan berbagai persoalan yang dialami para mitra, LPKM dapat termotivasi untuk terus mengambangkan keilmuannya sekaligus memberikan solusinya. “Terpenting, masyarakat merasakan langsung bagaimana peran dari adanya Fakultas Psikologi UGM dalam membantu memecahkan berbagai persoalan, tentunya sesuai bidang keilmuan psikologi,” ujar Faturochman. (Humas UGM/Catur)