
Untuk memperingati 1.285 tahun berdirinya kerajaan Medang, Masyarakat Pecinta Warisan Medang ( Medang Heritage Society ) bekerja sama dengan Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada akan menyelenggarakan Seminar Nasional Peran Medang Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara. Seminar akan diselenggarakan di Fakultas Ilmu Budaya, pada Sabtu, 7 Oktober 2017 menghadirkan pembicara, diantaranya Prof. Dr. Timbul Harjono, Prof. Dr. Bambang Hidayat, Dr. Niken Wirasanti MSc, Dr. Budiono Santoso., PhD, Dra. Ania Nugrahani, Drs, Marsis Sutopo MSi, Drs. JSE. Yuwono., MSc, dan Dr. Djoko Dwianto., M.Hum.
Dr. Budiono Santoso, M.Sc, selaku ketua Medang Heritage Society mengatakan seminar digelar dengan tujuan untuk memahami peran Medang dalam perjalanan sejarah Nusantara, terutama dalam perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan peradaban Nusantara. Disamping itu, guna melakukan demistifikasi untuk meyakinkan bahwa peninggalan era Medang yang berupa bangunan candi dan bangunan kuno lain adalah karya teknologi dan ilmu pengetahuan di zamannya.
“Dengan seminar ini diharapkan bisa meningkatkan kepedulian para pemangku kepentingan dan masyarakat umum akan pentingnya melindungi dan melestarikan peninggalan kerajaan Medang,” ujarnya di Joglo Fakultas Kedokteran UGM, Kamis (5/10).
Budiono Santoso menjelaskan Medang merupakan kerajaan kuno di Jawa Tengah yang berjaya antara abad ke delapan sampai ke sebelas dan didirikan oleh Raka I Mataram Sang Ratu Sanjaya pada 6 Oktober tahun 732 Masehi. Peradaban Medang meninggalkan berbagai peninggalan arsitektur kuno, terutama candi, dan terdapat lebih dari 150 candi dari berbagai ukuran tersebar di Jawa Tengah dan sebagian di Jawa Timur. Peninggalan peradaban Medang tersebut, diantaranya candi Borobudur dan Prambanan dan diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.
Selain peninggalan bangunan fisik yang berupa candi, kata Budiono, peradaban Medang juga telah meninggalkan banyak warisan non fisik di berbagai bidang yang masih relevan dan dipakai sampai saat ini, seperti tata sosial dan pemerintahan, sistem pertanian dan irigasi, sistem kesejahteraan, arsitektur dan teknologi, sistem hari pasaran, peramalan iklim (pranata mangsa), sistem perpajakan dan sebagainya. Tidak berlebihan bila era Medang dapat dianggap sebagai awal kebangkitan teknologi, ilmu pengetahuan dan peradaban Nusantara.
“Sayangnya kebesaran peradaban Medang ini kurang banyak diketahui oleh generasi masa kini. Dengan begitu, sedikit banyak akan memengaruhi perlindungan dan pelestariannya,” jelasnya.
Budiono menambahkan masyarakat Pecinta Warisan Medang (Medang Heritage Society) adalah himpunan multidisiplin yang beranggotakan individu-individu yang mempunyai minat, kepedulian, dan keterikatan ( commitment) untuk melakukan pengkajian ilmiah secara multidisiplin, menghimpun dan menyebarluaskan informasi serta melakukan penyuluhan dalam upaya pelestarian warisan budaya dan peninggalan peradaban Medang. Oleh sebab itu, di tahun 2017, seribu dua ratus delapan puluh lima tahun sejak berdirinya kerajaan Medang menjadi momentum penting untuk menggali dan mengingatkan kembali akan kebesaran peradaban Medang dan peranannya dalam perjalanan sejarah Nusantara.
“Pemahaman mengenai kebesaran nenek moyang di masa lalu kita harapkan dapat memberikan sumbangan positif dalam memupuk rasa cinta warisan leluhur, serta memberikan motivasi dan percaya diri untuk menghadapi tantangan ke depan bangsa Indonesia, terutama menyangkut pluralisme dan etos budaya, disiplin dan kerja keras,” tambahnya. (Humas UGM/ Agung)