Internasionalisasi pendidikan tinggi telah berkembang sedemikian cepat menjadikan mobilitas mahasiswa internasional terus meningkat. Para akademisi dan profesional pun melakukan migrasi ke pusat-pusat intelektual. Kondisi tersebut menjadi fenomena semakin umum di seluruh dunia dan ini tentunya membawa nilai positif bagi negara-negara non-Barat dan Barat.
Demikian disampaikan Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. Djagal Wiseso Marseno, M.Agr., saat membuka International Desiminasi Riset Tentang Dampak Studi Luar Negeri di Perguruan Tinggi di Indonesia, di Balai Senat UGM, Rabu (27/7).
Djagal menyampaikan pertumbuhan pendidikan tinggi modern di Indonesia dimulai setelah berlakunya undang-undang pendidikan tinggi pertama pada tahun 1961. Undang-undang tersebut mendefinisikan misi pendidikan tinggi, yakni tridarma perguruan tinggi mencakup pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian pada masyarakat.
Oleh karenanya, studi kolaborasi UGM dan JICA Ogata Research Institute memberi dampak belajar di luar negeri. Studi kasus di UGM memperlihatkan sebagian besar profesor dan peneliti terkemuka bidang ilmu alam dan sosial merupakan lulusan luar negeri.
“Mereka telah memberikan kontribusi penting bagi pengembangan pengajaran, inovasi dan kebijakan akademik, penelitian, pengabdian masyarakat, dan kesejahteraan bagi UGM dan masyarakat luas,” ungkapnya.
UGM saat ini memiliki 18 fakultas dengan 248 program studi, 1 Sekolah Vokasi dan 1 Sekolah Pascasarjana, dan memiliki 22 pusat studi dan sebagian besar telah menjalin kerja sama secara global. Hal ini tentu menciptakan suasana pembelajaran yang bersifat campuran antara Indonesia dengan dunia internasional di UGM.
Oleh karenanya, belajar di luar negeri menjadi hal penting dan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan tingkat keberhasilan kinerja akademik suatu perguruan tinggi dalam hal pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk itu, ia berharap sebisa mungkin elemen studi di luar negeri seperti ketersediaan dana, jenjang studi, negara tujuan, kebijakan di masing-masing universitas, kebijakan dari pemerintah terus disempurnakan.
“Karenanya saya berharap International Webinar on the Impact of Study Abroad in Higher Education in Indonesia mampu memberikan bahan pemikiran dan berfungsi sebagai platform kolaboratif bagi universitas dalam membuat kebijakan, merancang pengembangan mahasiswa yang lebih baik Indonesia di masa depan,” harapnya.
Prof. Ir. Teuku Faisal Fathani, S.T., M.T., Ph.D., IPU., ASEAN Eng, Plt., Direktur Riset Teknologi, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kemendikbud Ristek RI., menambahkan dalam transformasi perguruan tinggi kerja sama riset internasional menjadi salah satu kunci utama.
Sementara keberadaan alumni dan dosen yang lulus dari universitas luar negeri turut mendukung keberhasilan transformasi tersebut. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ristek RI pun memiliki arah strategi untuk memperkuat penelitian dan pengabdian masyarakat di Indonesia.
Upaya tersebut diantaranya melalui peningkatan relevansi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Selain itu, juga melalu peningkatan SDM riset dan peningkatan kualitas penelitian serta publikasi.
Untuk penelitian, katanya, tidak relevan lagi jika saat ini para peneliti terjebak pada persoalan memutuskan tim atau topik penelitian hanya dengan memikirkan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan, atau apa yang disuka. Menurutnya peneliti perlu memahami dengan baik apa yang dibutuhkan masyarakat dan industri dan agenda penelitian pemerintah.
“Karena dari sinilah agenda penelitian untuk universitas dapat dirancang,” terangnya.
Penulis : Agung Nugroho