
Kebijakan di bidang kesehatan dalam beberapa tahun terakhir telah berhasil menurunkan berbagai persoalan kesehatan di tanah air, termasuk penyakit tular vektor yang sebagian besar ditularkan oleh nyamuk, seperti malaria, demam berdarah dengue (DBD), dan filariasis. Hingga akhir tahun 2006, sebanyak 247 Kabupaten/Kota telah mencapai eliminasi malaria, dan angka mortalitas DBD kini di bawah 1%.
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dr. M. Subuh, MPPM, keberhasilan ini disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran serta partisipasi masyarakat.
“Peran aktif masyarakat itu penting sekali. Dua sampai tiga tahun terakhir upaya pengendalian nyamuk jauh lebih berhasil karena gerakan masyarakat juga menunjukkan tingkat kontribusi yang semakin baik,” ujarnya dalam seminar nasional yang diselenggarakan dalam rangka Hari Nyamuk, Kamis (24/8) di Hotel East Parc.
Subuh menuturkan, estimasi kerugian ekonomi akibat malaria, DBD, dan filariasis sepanjang tahun 2016 terbilang cukup tinggi, yaitu sebesar Rp 891.592.534.050 untuk malaria dengan jumlah penderita 218.450 orang, Rp 986.136.333.963 untuk DBD yang diderita 204.171 orang, sementara filariasis diderita 13.009 orang dengan estimasi kerugian Rp 35.845.518.960. Kerugian ini, menurut Subuh, menjadi salah satu alasan mengapa upaya pencegahan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
“Pengaruh pengendalian penyakit dengan ekonomi itu jelas ada, karena kerugian ekonomi akibat penyakit bisa sangat tinggi,” ujarnya.
Seminar yang diselenggarakan atas kerja sama antara Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (P2PTVZ) Kementerian Kesehatan RI bersama Program Studi S2 Ilmu Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran UGM ini dihadiri sekitar 300 peserta dari berbagai instansi, mulai dari akademisi perguruan tinggi, peneliti balai litbang, praktisi kantor kesehatan pelabuhan, serta para pengambil kebijakan dalam bidang kesehatan.
Selain itu, seminar ini turut dihadiri pula oleh organisasi asosiasi terkait yaitu Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasit Indonesia (P4I) dan Asosiasi Pengendalian Nyamuk Indonesia (APNI). Kehadiran berbagai pihak dalam seminar ini sesuai dengan prinsip yang ditekankan oleh Subuh, bahwa usaha pengendalian penyakit perlu melibatkan berbagai pihak yang tidak terbatas pada para aktor di dalam lingkup kesehatan saja.
“Justru yang paling berperan adalah orang yang ada di luar sektor kesehatan, misalnya yang mengatur persoalan drainase. Jika rawa-rawa, tambak yang tidak terpakai, bekas galian atau selokan yang tergenang drainasenya bisa dikelola dengan baik, ini sudah mengatasi 75-80 persen persoalan,” paparnya.
Ia pun mendorong masyarakat untuk terus meningkatkan kepedulian serta peran serta dalam upaya pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Upaya ini, ujarnya, dapat dimulai di tingkat keluarga, dimulai dari rumah sendiri.
“Mencegah gigitan dan menekan populasi nyamuk merupakan kunci keberhasilan upaya pengendalian penyakit tular vektor. Masyarakat harus peduli dengan lingkungannya, paling sederhana dengan secara rutin mengecek kamar mandi setiap hari, apakah ada jentik nyamuk di dalam bak mandi misalnya,” ucap Subuh.
Subuh menambahkan, dengan adanya sinergi yang semakin baik dari berbagai pihak dan keterlibatan yang lebih luas dari masyarakat, diharapkan program indonesia sehat yang dicanangkan pemerintah berhasil sehingga turut berpengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.
Dalam seminar yang mengangkat tema “Perkembangan Terbaru dalam Pengendalian Vektor Nyamuk dan Manajemen Resistensi Insektisida” ini, delapan orang panelis serta puluhan pemakalah akan mengulas seputar mekanisme, resistensi vektor secara global, serta strategi pengendaliannya.
“Tema ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengayaan materi, menginspirasi penelitian-penelitian entomologi berikutnya, pengembangan inovasi baru, dan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan suatu strategi pengendalian vektor,” ujar Ketua Prodi S2 Ilmu Kedokteran Tropis FK UGM, dr. E. Elsa Herdiana Murhandarwati, M.Kes, Ph.D. (Humas UGM/Gloria)