
Fakultas Kehutanan dan PT Semen Baturaja Tbk kerja sama dalam aplikasi rekayasa silvikultur untuk peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di area kerja Semen Baturaja. Hal itu mengemuka dalam penandatanganan notakesepahaman kerja sama yang dilakukan oleh Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Dr. Budiadi dan Dirut Semen Baturaja Rahmad Pribadi, Senin (31/7), di ruang Sidang Dekanat Fakultas Kehutanan UGM.
Budiadi mengatakan teknik rekaysa silvikultur akan diterapkan di daerah bekas penambangan semen dengan menanam jenis pohon yang mampu mengembalikan lahan menjadi lestari kembali. “Kita kan menanam pohon pionir yang akan mampu mengembalikan kondisi lingkungan seperti semula tentu memerlukan waktu yang panjang,” kata Budiadi kepada wartawan.
Menurut Budiadi, kerja sama dengan perusahaan semen untuk pertama kalinya dilakukan oleh Fakultas Kehutanan untuk memperbaiki kondisi kualitas lingkungan di area kerja. Namun begitu, penanaman jenis pohon untuk tanaman hutan di daerah bekas tambang, menurut Budiadi, menyesuaikan kondisi tanah di area tambang Semen Baturaja. Menurutnya, beberapa kemungkinan jenis pohon yang akan ditanam, seperti jenis tanaman kacang-kacangan untuk penutupan tanah dan cemara laut yang memiliki kemampuan menyerap nitrogen lebih besar di dalam tanah. “Kemampuan kedua jenis tanaman ini memiliki kemampuan penyerapan nitrogen lebih besar sehingga bisa menyuburkan tanah kembali,” ujarnya.
Dirut Semen Baturaja, Rahmad Pribadi, mengatakan kerja sama ini tidak hanya sebagai project untuk kegiatan pelestarian lingkungan namun juga menjadi lokasi riset bagi peneliti di lingkungan perguruan tinggi. “Kita ingin riset yang ada di UGM bisa dipakai di tempat lain dan memberikan manfaat untuk masyarakat yang lebih luas,” tuturnya.
Apabila kegiatan penerapan rekayasa silvikultur ini berhasil, menurut Rahmad, akan bisa menjadi contoh bagi pengembangan industri semen yang lain di Indonesia dalam mereplikasikan apa yang sudah dilakukan oleh Semen Baturaja dan Fakultas Kehutanan UGM dalam mengembalikan kondisi kelestarian lingkungan. “Kita berharap nantinya bisa direplikasi di tempat lain sehingga industri ekstraktif dan pelestarian lingkungan bisa jalan beriring,” ungkapnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)