
Pusat Kajian ASEAN, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada mengadakan short course program yakni ASEAN Youth Initiative Empowerment Program (AYIEP) 2017. Pada edisi kedua ini AYIEP mengangkat tema “Digitalizing ASEAN: Fostering Community through Digital Connectivity” sebagai topik utamanya. Pemilihan tema Digitalizing ASEAN dirasa sangat sesuai dengan semangat integrasi ASEAN dalam menyambut perayaan 50 tahun eksistensinya yang bertajuk “Partnering for Change, Engaging the World”. AYIEP dilaksanakan selama satu pekan yakni pada 23-29 Juli 2017 di Yogyakarta.
Kegiatan AYIEP yang dilaksanakan atas dukungan dari Kementerian Luar Negeri RI ini menghadirkan beberapa tokoh penting di balik proses integrasi ASEAN selama ini, seperti H.E. Ambassador Ong Keng Yong (Sekretaris Jenderal ASEAN 2003-2007), Duta Besar Foster Gultom (Mantan Duta Besar RI untuk Kazakhstan), dan Duta Besar Djauhari Oratmangun (Staf Ahli Menteri Luar Negeri RI). Selain itu, kegiatan ini juga menghadirkan Stuart Shaw (Political Advisor Misi Kanada Untuk ASEAN), Alfatih Timur (CEO kitabisa.com) dan Makshud Manik (CEO youthop.com).
AYIEP diikuti mahasiswa-mahasiswa terbaik dari berbagai wilayah di Asia Tenggara, bahkan beberapa negara dari Afrika seperti Mesir, Uganda, dan Rwanda turut mengikuti program ini. Mereka akan diajak membahas tiga sub tema utama, yaitu Digital Activism, Digital Diplomacy dan Digital Citizenship. Sub tema tersebut akan dibahas dalam serangkaian kegiatan mulai dari Seminar Internasional 50 tahun ASEAN, Public Lecture, Digital Visit, working group dan ekskursi.
Pada agenda Digital Visit, para Delegasi AYIEP mengunjungi tiga institusi dan komunitas yang telah memanfaatkan sarana digital untuk menjawab permasalahan disekitar mereka. Tiga institusi tersebut yakni Innovative Academy, Difa Bike dan Kampung Cyber. Innovative Academy adalah inkubasi start-up yang didirikan oleh Universitas Gadjah Mada yang bekerjasama dengan KIBAR. Saat ini, setidaknya lebih dari 20 start-up digital yang didirikan oleh mahasiswa UGM sebagai upaya untuk menjawab berbagai macam tantangan dan kebutuhan masyarakat.
Kasubdit Pengembangan Usaha, Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi, Eddy Junarsin, S.E., M.B.A., Ph.D., menjelaskan bahwa UGM menjadi pelopor pengembangan digital dalam konsen start-up. Innovative academy terbuka untuk seluruh mahasiswa UGM dari berbagai fakultas. Mereka yang memenuhi kriteria selanjutnya akan menerima mentoring dari UGM dalam membangun start-up digital.
“Indonesia merupakan pasar yang besar bagi start-up, oleh karenanya semangat entrepreneurship harus dikembangkan dalam kalangan mahasiswa karena startup dapat menciptakan lapangan kerja yang banyak,” ujar Eddy.
Sementara itu Program Director AYIEP 2017, Andika Putra, berharap program ini dapat menjadi wadah bagi pemuda-pemuda ASEAN untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Peserta diharapkan mampu untuk menjawab berbagai macam masalah dan tantangan baik di negara masing-masing ataupun di tingkat ASEAN menggunakan teknlogi sebagai sarana utamanya. “Semoga ilmu yang didapatkan di AYIEP dapat disebarluaskan di negaranya masing-masing,” uajr Andika. (Humas UGM/Catur)