
Elektroporasi adalah fenomena terbentuknya pori-pori membran sel hayati akibat denyut listrik. Pada terapi medis terbentuknya pori-pori membran makin memudahkan obat atau bahan terapi bisa dimasukkan ke dalam sel yang sebelumnya sulit ditembuts karena sifat penyekat dari membran sel. Namun, selama ini pengaruh medan listrik denyut terhadap jaringan hayati belum sepenuhnya diketahui. Bahkan, memudahkan terbentuknya pori-pori membran sel yang bisa menutup kembali agar sel tidak mengalami kerusakan permanen.
Mahasiswa S3 Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik UGM, Warindi, berhasil melakukan penelitian untuk perilaku konduktans pada elektroporasi tegangan denyut tunggal peluruhan eksponensial. Penelitian ini menurutnya potensial untuk meningkatkkan kualitas terapi berbagai penyakit mematikan. “Tujuan penelitian saya mengetahui model elektroporasi jaringan hayati diharapkan kedepannya kesembuhan pasien meningkat dan angka kematian menurun,” kata Warindi pada ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Teknik, Jumat (28/7).
Dari hasil penelitian Warindi, lamanya pori-pori membran sel dalam jaringan hayati terbuka akibat elektroporasi adalah 0,086 mili detik dan terpanjang mencapai 0,395 milidetik. Selanjutnya, konduktans dan waktu pemulihan pori-pori membran akan meningkat selama berlangsungnya denyut sejalan dengan meningkatnya intensitas dan durasi denyut elektroporasi. “Konduktans menghalami kenaikan sangat tinggi saat awal denyut dankemudian menurun dengan laju lebih lambat menuju nilai konduktans awal,”
kata Warindi yang bekerja sebagai Dosen Teknik Elektri Universutas Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Meski baru sebatas penelitian dasar, Warindi menegaskan penelitian ini akan terus dilanjutkan agar pemanfaatan elektroporasi ini pada bidang pengolahan makanan, sanitasi, pertanianm, bioteknolopgi dan kedokteran semakin terus berkembanga. (Humas UGM/Gusti Grehenson)