Simulasi model fisik gerusan di seputar bangunan akibat tsunami sangat terbatas, dan tsunami tsunami dimodelkan mirip dengan gelombang soliter yang membutuhkan saluran terbuka relatif. Meski demikian, tidak banyak lembaga penelitian yang memiliki laboratorium dengan fasilitas flume besar. Hal ini menjadi alasan salah satu mahasiswa program doktoral di Fakultas Teknik UGM untuk membangun metode pembangkitan run-up tsunami dengan saluran relatif pendek.
“Tujuan penelitian ini adalah metode pembangkitan run up tsunami menggunakan flume relatif pendek, mengembangkan formulasi dari proses dan kedalaman gerusan akibat tsunami di sekitar silinder, mengembangkan model matematik angkutan sedimen untuk simulasi gerusan lokal di bangunan berbentuk silinder,” papar Kuswandi saat sedang mengikuti ujian terbuka di Departemen Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan UGM, Jumat (28/7).
Dalam ujian ini, ia mempertahankan disertasinya yang berjudul “Gerusan pada Pasir Lepas di sekitar Silinder Akibat Run-Up dan Tsunami Run-Down .” Penelitian ini dilakukan dengan simulasi model fisik di laboratorium Hidrolika dan Hidrologi Pusat Studi Ilmu Teknik UGM. Dimensi saluran terbuka yang digunakan dalam penelitian adalah 20,7 mx 1,43 mx 1,5 m. Run-up dibentuk tsunami DENGAN bendungan pecah Sistem doa Pintu, Dan Kedalaman udara Serta KECEPATAN Aliran tsunami diukur DENGAN miring sensor.
“Penelitian ini dilengkapi dengan simulasi model matematik antara lain simulasi model run up tsunami menggunakan dam break sistem dua pintu, simulasi model run up tsunami mirip gelombang soliter,” imbuhnya.
Dosen Institut Teknologi Medan ini menuturkan, pengembangan model matematik angkutan sedimen dan gerusan dalam penelitian ini dapat menjelaskan proses gerusan di sekitar silinder akibat tsunami. Awal terbentuk gerusan terbentuk sangat besar saat run-up dan selanjutnya dikurangi dengan berubahnya kecepatan aliran sampai dengan saat run-down .
“Perubahan bentuk dan kedalaman gerusan yang terjadi selama run-down seperti arus gerusan dan sedimentasi pada lubang gerusan,” kata Kuswandi.
Dari penelitian yang dilakukan, ia memberikan rekomendasi agar variasi waktu pembukaan pintu, model bukaan pintu dua, panjang reservoir dan variasi kemiringan menjadi variabel yang dapat dilakukan untuk penelitian lebih lanjut. Selain itu, ia juga memberikan saran agar bangunan pantai yang menggunakan fondasi dangkal harus dirancang dengan memperhatikan kemungkinan gerusan akibat tsunami.
“Bangunan yang menggunakan fondasi tiang harus tetap stabil saat ini tergerus hingga gerusan maksimum baik saat run-up maupun run-down seperti yang oleh hasil penelitian ini,” pungkasnya. (Humas UGM / Gloria)