
Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr. Arqom Kuswanjono, menyebutkan bahwa Indonesia saat ini menghadapi empat persoalan serius yang harus segera diselesaikan. Ancaman terbesar yang dihadapi saat ini adalah terkait radikalisme, terorisme, narkoba, dan korupsi.
“Hal ini terjadi akibat Pancasila tidak dihayati dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,”katanya, Rabu (26/7) dalam Konferensi Internasional “Indonesia Philosophy and Peace of the World” di Fakultas Filsafat UGM.
Menurutnya, nilai-nilai Pancasila dapat menghadapi berbagai tantangan tersebut. Oleh sebab itu, penting untuk membangun dan memantapkan kembali ideologi Pancasila di masyarakat. Mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang plural dinilai perlu dilaksanakan, terlebih di tengah terpaan virus anti Pancasila yang semakin meluas.
Arqom menyampaikan hasil survei Kementerian Agama menunjukkan bahwa Pancasila masih diyakini sebagai ideologi terbaik bangsa. Tidak hanya itu, banyak negara yang mengapresiasi Pancasila sebagai falsafah ideologi bangsa dan negara Indonesia.
“Hal ini menjadikan optimisme bahwa Indonesia mampu terus berkembang mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tandasnya.
Sementara itu, Prof. Yang Seung Yoon, dari Hankuk University of Foreign Studies, Korea dalam kesempatan tersebut banyak memaparkan tentang konflik yang terjadi di Semenanjung Korea. Permasalahan di Semenanjung Korea tidak hanya menjadi urusan antara dua negara dan bangsa Korea saja. Namun begitu, telah menjadi permasalahan masyarakat internasional, khususnya negara anggota sekutu pada masa PD II.
“Karenanya masyarakat internasional tidak bisa lepas dari tanggung jawab atas kondisi Semenanjung Korea yang masih berlangsung sampai sekarang,”tegasnya.
Yang Seung Yoon mengatakan hampir semua rakyat Korea percaya bahwa reunifikasi dua Korea di Semenanjung Korea pasti dapat diwujudkan. Hal ini tentunya dapat cepat terwujud jika ada dukungan dari masyarakat internasional dalam menghapuskan permasalahan di Semenanjung Korea.
Ketua panitia kegiatan, Prof. Mukhtasar Syamsuddin, menyebutkan melalui konferensi internasional ini diharapkan muncul sejumlah ide dan strategi dalam upaya membangun perdamaian dunia. Terlebih, di tengah situasi saat ini banyak terjadi konflik di masyarakat dunia dan peperangan di beberapa negara dunia.
Konferensi internasional ini, disebutkan Mukhtasar, merupakan salah satu bagian dari rangkaian peringatan Lustrum X dan Dies Natalis ke-50 Fakultas Filsafat UGM. Setidaknya, terdapat 20 kegiatan dalam peringatan lustrum dan dies pada tahun in. Puncak acara ditandai dengan rapat senat terbuka, laporan dekan, pidato ilmiah, serta bedah buku Filsafat Wayang Sistematis pada 18 Agustus 2017 mendatang. (Humas UGM/Ika)