Teknologi komunikasi dua arah menggunakan gelombang elektromagnetik berkembang begitu pesat dalam kehidupan masyarakat. Kendati begitu, komunikasi ini masih bisa mengalami gangguan jika terdapat pemancar lain yang memancarkan dengan frekuensi yang sama. Kondisi ini seringkali mengakibatkan komunikasi menjadi macet karena frekuensi yang padat.
“Radio Direction Finder konvensional yang biasa digunakan untuk mencari pemancar pengganggu masih dilakukan secara mobilitas direct sehingga harus melakukan swap berkali-kali sampai menemukan posisi sumber sinyal yang dicari,” papar Samuel Kritiyana, S.T., M.T., saat ujian terbuka program doktor Program Pascasarjana Departemen Teknik elektro dan Teknologi Informasi FT UGM, Kamis (6/7).
Melakukan penelitian pelacakan posisi sumber sinyal frekuensi radio berbasis efek doppler dan metode multi-triangulasi, Samuel berupaya menemukan sistem pelacak sumber sinyal tanpa melakukan mobilitas. Menggunakan metode pelacakan sumber sinyal dengan pengembangan efek doppler yang diterapkan pada lebih dari tiga stasiun pemantau tidak bergerak yang telah ditentukan posisi koordinatnya.
Hasilnya, berupa visualisasi titik koordinat posisi sumber sinyal frekuensi radio yang dicari dengan akurasi ketelitian sudut seperseratus derajat. Hasil ini diperoleh dari perpotongan tiga garis arah datangnya sinyal frekuensi terhadap tiga stasiun pemantau tidak bergerak.
Sementara pengolahan data dengan metode multi-triangulasi menghasilkan prediksi titik posisi koordinat dari sinyal pemancar dan visualisasi pada peta digital. Sedangkan ketelitian sudut yang dihasilkan meningkat dari 22,5 derajat menjadi seperseratus (0,01) derajat.
Selanjutnya, hasil pengujian dalam penentuan koordinat bumi memakai pelacakan sinyal dengan dua stasiun mempunyai kesalahan sampai 83,20 meter, sedangkan untuk tiga stasiun memiliki kesalahan sampai 14,60 meter. Pada metode multi-triangulasi lima stasiun pemantau mempunyai kesalahan rata-rata sampai 6,63 meter dengan jarak maksimal posisi sumber sinyal frekuensi radio yang dicari dari titik stasiun pemantau tidak bergerak adalah 50 kilometer. (Humas UGM/Ika)