
Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Daerah Istemewa Yogyakarta terus melakukan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya dan pencegahan penyakit kanker. Kali ini YKI DIY mengadakan kegiatan bertajuk Seminar Mengenal dan Mencegah Kanker (Nasofaring, Thyroid, Kalenjar Getah Bening), Sabtu (8/4) di Gedung Diklat RSUP dr. Sardjito.
Acara ini menghadirkan narasumber, yakni dr. Mardiah Suci Hardianti, Ph.D. Sp.PD-KHOM., dr. Camelia Herdini, M.kes. Sp.THT-KL, dr. Artanto Wahyono, Sp.B., dan dr Sri Retna Dwidanarti, Sp.Rad(K) Onk.Rad.
dr. Camelia dari Fakultas Kedokteran UGM menjelaskan beberapa diagnosis bila terjadi kanker nasofaring. Diangnosis kanker nasofaring dapat diketahui dengan melakukan amnesis yang lengkap, pemeriksaan fisik THT, nasoendoskkopi, dan diagnosis pasti dengan biopsi nasofaring. Lebih lanjut, dr. Camelia menjelaskan bahwa kanker nasofaring dapat diketahui bila gejala seperti hidung tersumbat dan pilek kronik, disertai dengan lendir bercak darah. Meskipun termasuk salah satu jenis kanker yang berbahaya, kanker nasofaring dapat diobati. Pengobatan dapat dilakukan dengan radioterapi, kemoradiasi, dan kemoterapi sesuai stadium kanker yang menyerang.
“Kanker nasofaring dapat dicegah dengan mengonsumsi sayur dan buah, hindari merokok, minum air putih delapan gelas sehari, olahraga teratur dan mencegah makanan penyebab kanker nasofaring, seperti ikan asin dan makanan yang diawetkan,” jelas dr. Camelia.
Sementara itu, materi terkait limfoma disampaikan oleh dr. Mardiah Suci Hardianti, Ph.D. dr. Suci menjelaskan berbagai gejala dan tanda terajdinya limfoma. Beberapa gejala yang muncul diantaranya membesarnya lymph node yang tidak kunjung hilang, perut sakit atau bengkak, muncul keringat malam, demam, pusing, dan dada terasa tertekan. Selanjutnya, dr. Suci juga menjelaskan bahwa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terserang limfoma dipengaruhi faktor usia, jenis kelamin, obesitas infeksim dan radiasi.
“Limfoma dapat diobati dengan beberapa penanganan, seperi kemoterapi, radioterapi, dan terapi biologis,” terang dokter dari FK UGM ini.
Berikutnya, dr. Suci juga memaparkan beberapa mitos dan fakta yang ada di masyarakat terkait pengobatan kemoterapi. Salah satu mitos yang sering beredar dan menyebabkan masyarakat takut melakukan kemoterapi adalah terjadinya mual dan muntah jika melakukan kemoterapi. Padahal, menurut dr. Suci, mual dan muntah tergantung jenis obat yang dipakai dan emosi pasien itu sendiri. Mitos lain yang beredar yakni pasien yang melakukan kemoterapi akan selalu mengalami rambut rontok. Hal itu juga dibantah dr. Suci karena faktanya pasien yang melakukan kemoterapi tidak selalu mengalami rambut rontok.
“Kerontokan dipengaruhi oleh obat yang digunakan. Isu-isu yang tidak benar ini harus diluruskan,”urainya.
Sementara itu, Wakil Ketua I YKI DIY, Dra. I. M. Suwarsih, berharap dengan adanya seminar ini masyarakat dapat mengetahui informasi mengenai kanker dengan benar. Suwarsih juga berharap informasinya dapat disebarkanluaskan sehingga pengetahuan tentang kanker dengan benar dapat diketahui masyarakat. (Humas UGM/Catur)