Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah lebih dari 17.000 pulau sehingga memiliki tantangan tersendiri dalam manajemen logistik. Manajemen logistik yang terpadu sangat diperlukan sehingga layanan ke masyarakat sebagai pengguna menjadi lebih baik untuk meminimalkan biaya logistik.
Menurut Wakhid Slamet Ciptono, M.B.A., M.P.M., Ph.D dunia saat ini berada pada masa VUCA (Volality, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yang penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya yang tepat sebagai proteksi dalam menghadapi ketidakpastian tersebut.
“Salah satu yang perlu dilakukan adalah mewujudkan good dynamics goverment sebagai upaya mewujudkan manajemen logistik terpadu,” ujarnya, di Pustral UGM, Rabu (25/5) saat menjadi pembicara webinar dengan topik “Manajemen Logistik Terpadu di Negara Kepulauan: Isu, Permasalahan dan Solusi Pemecahannya”.
Menurutnya, saat ini terdapat beberapa isu dan permasalahan logistik nasional yang perlu dicari solusinya. Ia menyebutkan beberapa isu tersebut adalah belum seimbangnya supply-demand barang, belum seimbangnya perdagangan barang wilayah Barat – Timur Indonesia dan antara daerah yang sudah berkembang dengan daerah 3TP.
Selain itu, belum optimalnya kinerja infrastruktur pendukung aktivitas logistik (konektivitas logistik), serta koordinasi antar pelaku logistik yang belum berjalan efektif. Hal tersebut tentu berdampak sistem logistik nasional saat ini yang kurang efektif dan efisien sehingga berdampak pada sektor lainnya.
Kinerja logistik nasional ini dapat dilihat pada skor Logistic Performance Index (LPI). Skor LPI Indonesia dari tahun ke tahun 2010-2018 cukup fluktuatif tetapi cenderung terus mengalami peningkatan.
“Skor LPI Indonesia secara rata-rata masih di bawah target sasaran Sistem Logistik Nasional (Sislognas) sebesar 3,5. Hal tersebut perlu menjadi perhatian semua pihak untuk terus berupaya melakukan perbaikan kinerja logistik nasional,” terang tim ahli Pustral UGM yang juga pengajar pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Dia menyampaikan ketidakseimbangan perdagangan wilayah Barat dan wilayah Timur Indonesia juga menjadi penyebab ketimpangan kinerja rantai pasok dan logistik. Wilayah Timur Indonesia hanya menyumbang sekitar 15 – 20 persen total volume barang.
Beberapa program pemerintah seperti tol laut, disebutnya, belum mampu mengatasi masalah ketimpangan tersebut. Dalam upaya menciptakan biaya logistik yang lebih efisien, manajemen logistik terpadu merupakan strategi yang efektif dalam upaya menurunkan biaya logistik.
Regulasi yang dimiliki Indonesia berupa Sislognas saat ini, dinilainya sudah sangat baik. Meski begitu, diperlukan adanya pembaruan terkait aspek teknologi untuk mengakomodasi kondisi global yang terus berkembang.
Dalam Sislognas ini terdapat 7 key driver yang menjadi faktor kunci dalam upaya memperbaiki sistem logistik nasional. Untuk mewujudkan Manajemen Logistik yang terpadu dibutuhkan koordinasi tidak hanya di level pemerintah dalam hal regulasi, tetapi juga aspek operasional dalam implementasi di lapangan.
Di akhir pemaparan, ia pun menegaskan bahwa untuk mengubah manajemen logistik menuju manajemen logistik yang terpadu dibutuhkan integrasi pada level mikro yang meliputi Operational Excellence, level messo yang terkait dengan Business Process Development, level makro dalam bentuk Good and Dynamic Governance, serta level mundo yang menyangkut Global Ecosystem Coordinating & Networking for Sustaining Global Operations and Innovation.
Webinar dengan topik “Manajemen Logistik Terpadu di Negara Kepulauan: Isu, Permasalahan dan Solusi Pemecahannya” diselenggarakan Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM. Webinar yang mendapat sambutan oleh banyak peserta ini diharapkan dapat menjadi media diskusi berbagai stakeholder untuk memberikan masukan kebijakan manajemen logistik di negara kepulauan agar sistem logistik dapat berjalan dengan optimal.
Webinar dipandu moderator Dwi Ardianta Kurniawan, ST., M. Sc. dari Pustral UGM. Acara yang dibuka dibuka oleh Prof. Bambang Agus Kironoto selaku Caretaker Pustral UGM diikuti sekitar 120 peserta yang berasal dari instansi pusat, daerah, dan para akademisi.
Saat membuka, Bambang menyampaikan Manajemen Logistik Terpadu merupakan suatu kegiatan manajemen logistik yang meliputi bidang operasi logistik dan bidang koordinasi logistik. Bidang Operasi Logistik, merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik seperti pengangkutan produk kepada langganan.
“Bidang Koordinasi Logistik menyangkut pada kegiatan-kegiatan komunikasi dan perencanaan. Bidang ini meliputi identifikasi kebutuhan pergerakan dan penetapan rencana untuk memadukan seluruh operasi logistik, antara lain peramalan, pengolahan pesanan, perencanaan operasi, serta perencanaan kebutuhan material,” katanya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Jojonomic