Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM melakukan serah terima kontrak kerja sama antara PT. Pertamina Hulu Energi dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM di auditorium FMIPA lantai 7, Selasa (24/5). Kontrak kerja sama tersebut meliputi pembuatan prototipe modul seismometer bawah air untuk perekaman data pasif seismik di lingkungan air dangkal, studi clean technology sp-ert untuk pemantauan injeksi air, alat komputasi awan untuk geofisika seismik serta studi electric assisted oil recovery untuk meningkatkan produksi minyak dan gas.
Dekan FMIPA, Prof. Dr. Kuwat Triyana, M.Si., mengatakan kontrak kerja sama riset ini sudah berlangsung sejak awal tahun ini dan kini masih berjalan. Umumnya riset dan studi yang dikerjakan meliputi pembuatan alat dan software untuk meningkatkan produksi minyak dan gas yang menjadi daerah eksplorasi sumur minyak yang dikelola oleh pihak Pertamina. “Dari keempat studi itu, durasi pengerjaannya ada yang tiga bulan dan ada yang satu tahun. Kita membuat software dan bikin alat yang dibuat di laboratorium FMIPA,” katanya.
Dalam kontrak kerja riset ini, kata Kuwat, melibatkan empat orang peneliti utama dan 20 orang para mahasiswa beserta alumni. Menurut Kuwat, kerja sama tersebut akan dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan Pertamina Hulu Energi. “Rencana akan dikembangkan dengan kerja sama berkelanjutan pada blue energy, korosi dan bidang kimia dan komputasi,” ujarnya.
Kuwat menyebutkan kerja sama dengan industri menurutnya sebagai bentuk untuk mendekatkan hasil riset dan inovasi FMIPA untuk digunakan oleh industri dalam mendukung pembangunan di tanah air. “FMIPA tengah mengembangkan skema riset fundamental dan riset terapan. Untuk riset terapan, jika ada masalah di dunia industri lalu ketika kita diminta bantu jangan sampai kita tidak siap,” ujarnya.
Lebih jauh Kuwat menjelaskan bahwa pengembangan riset terapan ini, FMIPA tengah coba mengembangkan teknologi pengembangan baterai dari bahan baku non lithium. “Kita ditantang untuk membuat sumber baterai non lithium dengan sumber logam yang ada di pulau Bangka. Tantangannya bagaimana mengeksplorasi bahan tersebut menjadi baterai. Dia berdiri sendirian, tidak bisa diambil seperti batu bara, perlu ekstraksi. Kita tahu, Erick Thohir (Menteri BUMN) menyiapkan dua triliun untuk pengembangan baterai,” jelasnya.
Perwakilan Upstream Innovation PT. Pertamina Hulu Energi, Arif rahman, mengatakan pembentukan Upstream Innovation dalam rangka mendukung peningkatan eksplorasi cadangan minyak dan gas bumi. “Kerja sama ini dalam rangka mengembangkan gagasan, ide dan inovasi dari kampus dalam mendukung produksi migas,” katanya.
Diharapkan melalui kerja sama riset ini bisa mendukung operasional Pertamina Hulu Energi untuk meningkatkan cadangan minyak dan gas bumi. “Semoga kerja sama ini bisa dilanjutkan dan bisa mempererat hubungan baik yang sudah dilakukan selama ini,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson