Setidaknya 100 pakar di bidang pembangunan wilayah, lingkungan, dan geografi dari 19 negara di dunia hadir dalam The 13th International Asian Urbanization Conference. Dalam konferensi yang berlangsung selama dua hari, 6-7 Januari di Fakultas Geografi UGM ini membahas berbagai persoalan terkait fenomena peningkatan urbanisasi dan pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia.
Konferensi yang diselenggarakan oleh Prodi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi UGM bekerjasama dengan Asian Urban Research Associaton (AURA) ini diikuti peneliti, akademisi, dan mahasiswa dari India, Malaysia, Prancis, Austria, Singapura, Finladia, Thailand, serta Vietnam. Berikutnya, Jerman, Taiwan, Amerika Serikat, Kamboja, Jepang, Kazakhstan, Selandia Baru, Filipina, Portugis, dan Romania. Dalam seminar ini menghadirkan pembicara kunci Prof. Ashok K. Dutt, anggota pendiri AURA yang merupakan Profesor emeritus dari Unievrsity of Akron, Amerika Serikat.
Ketua Panitia Konferensi, Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T., menyampaikan dalam konferensi ini para pakar akan mempresentasikan dan mendiskusikan hasil-hasil penelitian mereka terkait urbanisasi dan pembangunan berkelanjutan di Asia. Pasalnya, urbanisasi ini menjadi persoalan serius yang tengah dihadapi banyak negara di wilayah Asia. Tingkat urbanisasi tinggi namun tidak diikuti dengan pembangunan infrastruktur yang memadai sehingga menimbulkan sejumlah persoalan seperti pengangguran dan pemukiman.
“Hal ini sudah terjadi di India, urbansiasi tinggi namun tidak diiringi dengan penyediaan infrastruktur yang memadai,” jelasnya di sela-sela konferensi, Rabu (6/1).
Demikian halnya di Indonesia, penyediaan infrastruktur yang memadai masih menjadi permasalahan serius terutama di sejumlah megacity seperti Jakarta dan Surabaya dengan tingkat urbanisasi tinggi. Penduduk desa berbondong-bondong data ke kota-kota tersebut untuk mencari pekerjaan, memperoleh fasilitas pendidikan dan ekonomi yang lebih baik.
Menurutnya, berbagai persoalan tersebut perlu diperhatikan dan dicari solusi penyelesaiannya. Melalui konferensi ini, diharapkan para peneliti bisa berbagi hasil riset terkini sehingga bisa diperoleh gambaran pengembangan konsep pembangunan wilayah perkotaan yang tepat untuk mengatasi persoalan urbanisasi ini.
“Bisa belajar dari negara satu dan lainnya dalam melaksanakan pembangunan wilayah perkotaan,” ujarnya.
Salah satunya, terkait konsep pembangunan wilayah yang dilakukan oleh Singapura. Negara tersebut memindahkan pusat pemerintahan ke daerah pinggiran kota. Dengan langkah tersebut bisa mengurai sebagian persoalan kemacetan di kota-kota besar Singapura.
Lebih lanjut disampaikan Rini, pada konferensi ini dipresentasikan 93 paper dari peneliti yang berasal dari 19 negara dunia yang terbagi kedalam 16 sub tema. Beberapa diantaranya transformasi rural-urban, ketahanan perkotaan, manajemen risiko dan bencana, pembangunan wilayah perkotaan, urbanisasi di era teknologi informasi dan komunikasi. (Humas UGM/Ika)