
Sekitar 250 ribu hingga 300 ribu spesies tumbuhan berpotensi sebagai sumber pangan dan pakan. Bahkan, lebih dari 20 ribu sumber daya hayati berpotensi sebagai bahan obat-obatan tradisional dan modern. Namun begitu, baru 4 persen tanaman dan 5 spesis hewan yang dikembangankan sebaga sumber pangan. Maka, tidak heran jika Indonesia menjadi objek lokasi penelitian dari peneliti asing. Peneliti Biologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rosichon Ubaidillah, mengatakan hingga tahun 2013, tren penelitian asing di Indonesia menunjukkan penelitian di bidang biologi paling banyak dilakukan peneliti asing di Indonesia. “Saya kira karena kekayaan sumber daya hayati tersebut,” kata Ubaidillah dalam workshop pengembangan kurikulum Biologi di Fakultas Biologi UGM, Senin (23/11).
Ia menyebutkan bidang penelitian yang paling banyak dilakukan setelah biologi adalah bidang ekologi dan primatologi. Selanjutnya penelitian zoologi, antropologi, arkeologi, oseanografi, arsitektur, vulkanologi dan paleoseismologi. Para peneliti asing tersebut paling banyak berasal dari Amerika Sertikat, Jepang dan Jerman. “Sekitar 22 persen dari Amerika dan 15 persen dari Jepang,” katanya.
Ubaidillah mengatakan masih banyak keanekaragaman hayati yang harus diteliti, tidak hanya dilakukan oleh peneliti asing namun juga peneliti dari Indonesia. Ia menilai Indonesia memerlukan banyak peneliti di bidang biologi. Oleh karena itu, penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas dari lulusan bidang biologi adalah kunci utama untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya hayati. “Kita memerlukan SDM handal untuk melakukan penelitian dari kekayaan mega diversity,” katanya.
Ia menambahkan kebutuhan SDM yang handal di bidang biologi diharapkan akan semakin membuka peluang tersedianya bahan obat-obatan, vaksin, pangan dan energi sehingga industri berbasis sumber daya biologi makin berkembang. “SDM yang berkualitas sangat bertumpu pada universitas yang memiliki kurikulum yang dinamis dan searah dengan pembangunan nasional,” paparnya.
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., mengatakan Fakultas Biologi tengah melakukan pengembangan kurikulum dalam rangka pengembangan Fakultas Biologi sebagai pusat unggulan dalam pelestarian dan pemanfaatan keragaman sumber daya hayati tropika. Perubahan kurikulum nantinya akan memberi ruang lebih banyak bagi mahasiswa dalam menguasai keterampilan berkomunikasi, keterampilan bahasa, problem solving, profesionalisme, pembelajar sepanjang hayat, pengayaan ilmu lintas disiplin dan mengintegrasikan ekstra dan ko kurikuler ke dalam kurilum.
Dia menambahkan nilai-nilai yang ditanamkan pada mahasiswa lewat perubahan kurikulum tersebut meliputi tentang kesadaran mencintai lingkungan, meningkatkan semangat daya juang dan memperkuat ciri pribadi yang rendah hati.
Sementara dosen dari Charles Darwin University, Dr. Penny Wurm, mengatakan mahasiswa Fakultas Biologi sebaiknya diarahkan menguasai bidang ilmu lintas disiplin sehingga bisa bekerja di berbagai tempat. Dia menyebutkan di universitas Darwin mahasiswa jurusan ilmu lingkungan diarahkan mengasai kompetensi di bidang biodiversity, ilmu lingkungan dan budaya, hidrologi dan geomorfologi. “Semua harus didukung oleh tenaga pengajar yang juga harus kompeten menguasai bidang ilmu tersebut,” katanya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)