Karya sastra efektif adalah karya sastra yang pada hakikatnya memiliki kekuatan signifikan untuk menyentuh getar rasa paling dalam. Ia bisa menghasilkan kesadaran sempurna, manakala karya sastra berhasil mengemban misinya sebagai wadah pembangkit kesadaran manusia.
Salah satunya adalah ‘American Studies’. Sebagai kajian bidang ilmu, ‘American Studies’ memandang karya sastra bukan sekadar fiksi, namun sebagai dokumen intelektual yang dapat melengkapi data sejarah, antropologi budaya, ekologi dan sosiologi serta data-data dari berbagai bidang lainnya.
Salah satu karya sebagai pembangkit kesadaran manusia adalah “The Leatherstocking Tales” karya James Fenimore Cooper. Tulisan The Leatherstocking Tales merupakan karya yang menjadi sudut pandang dalam memahami perusakan lingkungan di Amerika.
“Karya yang ditulis James Fenimore Cooper ini berisikan pemikiran-pemikiran yang ditujukan pada kegiatan dan tindakan perusakan lingkungan serta pandangan-pandangan atau cara menjaga keberlangsungan kehidupan,” kata Ceisy Nita Wuntu saat menempuh ujian terbuka Program Doktor di FIB UGM, Selasa (10/11).
Menurut Ceisy, pemahaman mengenai pandangan atau pemikiran-pemikiran tentang lingkungan yang tertuang dalam “The Leatherstocking Tales”, berada pada kesatuan utuh dari unsur karya, penulis dan dunia atau dalam pandangan ekokritik dunia berubah menjadi ekosfir. Melalui pemahaman ini, karya tersebut menjadi jelas bukan hanya dianggap sebagai karya fiksi, namun memuat nilai-nilai kebenaran yang dicerna melalui pengalaman James Fenimore Cooper sebagai penulis karya “The Leatherstocking Tales”.
Ia menambahkan proses pembentukan pandangan dan pemikiran Cooper terhadap perusakan lingkungan dan pandangan idealnya dalam karya tersebut sebagai titik awal untuk menguraikan lebih jauh mengenai perusakan lingkungan di Amerika yang terjadi di masa Cooper serta pandangan-pandangannya mengenai perusakan lingkungan. Karena itu, karya besar ini memunculkan nama James Fenimore Cooper sebagai salah satu peletak identitas sastra Amerika.
“Untuk menjadi penulis besar, Cooper telah didukung oleh kemampuan intelektual, meski secara formal ia tidak menyelesaikan pendidikan tingginya. Semua ia buktikan melalui kemampuan mengatasi persoalan pribadi, keluarga dan kemampuan mengatasi keterbatasan fasilitas,” papar Ceisy, dosen Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Manado itu.
Meskipun The Leatherstocking Tales sudah lama ditulis antara tahun 1823-1841, menurut Ceisy karya ini akan selalu relevan untuk waktu yang tidak terbatas. Karena hakikat kehidupan manusia yang terus mengupayakan kehidupannya tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan-kegiatan yang bersinggungan dengan alam.
“Sementara alam harus terus dipelihara ketika kehidupan manusia bergantung padanya, dan dilihat dari sifatnya, alam itu sendiri tidak berubah,” tutur Ceisy. (Humas UGM/ Agung)