Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, M.Sofwan Anwari, S.Si., M.Si., berhasil meraih gelar doktor pada program studi lingkungan Sekolah Pasacasarjana UGM, Sabtu (7/11). Dalam ujian terbuka ini Sofwan mempertahankan disertasinya berjudul Pengaruh Faktor Lingkunan Terhadap Kelestarian Kerang Bakau (Polymesoda erosa) di kawasan Mangrove Segara Anakan, Cilacap. Sofwan mengatakan populasi Kerang bakau di hutan mangrove melimpah namun saat ini mengalami penurunan karena Kerang bakau dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan untuk diperdagangkan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.”Kerang bakau banyak diambil oleh masyarakat, diminati dan mudah didapatkan di kawasan hutan mangrove Segara Anakan,” kata Sofwan.
Menurutnya, aktivitas pengambilan Kerang bakau tidak terkendali dan kondisi ekosistem Segara Anakan yang demikian buruk dikhawatirkan akan menyebabkan populasi Kerang bakau semakin menurun dan mengalami kepunahan. “Guna menjaga kelestarian Kerang bakau di alam, maka perlu dilakukan usaha budidaya. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelimpahan Kerang bakau dapat digunakan sebagai acuan pengembangan budidaya,” ujarnya.
Ia menyebutkan kepadatan rata-rata Kerang bakau pada musim kemarau, yaitu 3,31/meter persegi dan kepadatan rata-rata pada musim hujan 4/m2. Berdasarkan kepadatan rata-rata tersebut, maka populasi kerang pada musim kemarai sekitar 26.602 dan musim hujan 32.248. Apabila dikonversikan dalam kilogram bisa mencapai 1.837 kg di musim penghujan, namun dalam satu bulan masyarakat mengambil berkisar 400-500 kg. Oleh karena itu, pemanfaatan Kerang bakau oleh masyarakat sudah melebihi pertumbuhan populasi Kerang bakau di alam.
Kerang bakau termasuk salah satu jenis kerang yang hidup di dalam lumpur pada daerah estuarin dan di hutan mangrove. Kerang ini mempunyai sifat infauna atau semi-infauna yang mendiami lingkungan berpasir dan berlumpur di kawasan pesisir seperti ekosistem hutan mangrove. (Humas UGM/Gusti Grehenson)