YOGYAKARTA – Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan USAID dan Kemenristek Dikti menggelar Forum Nasional Kolaborasi dan Inovasi Riset di Yogyakarta pada 28-1 oktober. Sebanyak 50 pengelola lembaga penelitian dari berbagai perguruan tinggi yang mengikuti forum sepakat memperkuat kolaborasi inovasi dan kerja sama riset. Beberapa perwakilan perguruan tinggi yang hadir diantaranya dari Universitas Bengkulu. Universitas Negeri Gorontalo, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Universitas Negeri Padang, Universitas Muhammadiyah Kendari, Universitas Negeri Medan, dan Universitas Nuda Cendana Kupang.
Dirjen Penguatan Inovasi dari Kementerian Ristek Dikti Dr. Ir. Jumain Appe, MSi mengatakan Kementerian Ristek Dikti akan mendorong kegiatan-kegiatan penelitian inovatif dari kalangan perguruan tinggi. Salah satu cara yang dilakukan dengan mengubah paradigma universitas pendidikan dan penelitian menuju ke arah Inovasi Universitas. “Inovasi Universitas adalah semua tentang penerapan pendidikan, ide-ide baru, penemuan, inovasi, kewirausahaan, dan penciptaan nilai ekonomi bagi masyarakat,” kata Jumain di Kampus UGM, Rabu (30/9).
Menurutnya kolaborasi dan jaringan kerja sama antara aktor-aktor inovasi di lingkungan universitas dan komersialisasi produk riset akan terus didorong oleh pemerintah. “Sebab itu, Kementerian kami menyediakan sarana untuk mendukung pembentukan dan kelangsungan kerja sama tersebut,” katanya.
Direktur Penelitian LPPM UGM, Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc., mengatakan riset dari pergurun tinggi sebaiknya lebih diarahkan untuk penguatan kedaulatan bangsa dan berpihak pada masyarakat yang rentan. Ia mencontoh kebijakan riset UGM saat ini diprioritaskan pada riset-riset yang berpihak pada penanganan masyarakat rentan, penyelamatan lingkungan kritis, penguatan dan pendayagunaan budaya lokal dan penguatan kedaulatan bangsa.
Agar prioritas riset UGM bisa diimplementasikan secara efektif dan berkelanjutan, kata Sri, maka diperlukan strategi pendukung, berupa keahlian dalam berbagai bidang dan bentuk riset;–mendorong dan mendukung pengembangan inisiatif, ide, dan bidang riset yang baru; dan mengembangkan hubungan interdisiplin baik dengan pihak internal maupun eksternal.
Kendati demikian, manajemen riset di UGM menurut Sri Raharjo tetap memperhatikan pengelolaan bahan-bahan berbahaya, biosafety, tanaman hasil rekayasa genetika dan material radio aktif serta limbah berbahaya. “Lembaga penelitian juga memperhatikan hak kekayaan intelektual, kebijakan dan aturan internal, lingkup layanan dan sosialisasi dan advokasi,” katanya.
Spesialis Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan Eksternal USAID HELM (Higher Education Leadership and Management), Antya Widita, mengatakan forum riset inovasi riset perguruan tinggi ini dalam rangka membentuk wadah komunikasi untuk saling berbagi pengalaman, tips dan trik, serta studi kasus mengenai inisiatif kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. “Jaringan ini dikelola sendiri oleh LPPM mitra HELM,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)