Stunting masih menjadi persoalan kesehatan di tanah air. Salah satu penyebab kondisi gagal tumbuh ini adalah kurangnya asupan zat gizi (malnutrisi).
Pencegahan stunting biasanya difokuskan pada perbaikan gizi, terutama asupan zat gizi mikro. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa intervensi mikronutrien tidak dapat mencegah stunting. Relative microbiota yang immature berkorelasi dengan pengukuranan tropometri pada anak-anak di Bangladesh dan Malawi, tetapi hanya sebagian dapat diperbaiki dengan asupan nutrisi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa gut microbiota yang terganggu dalam jangka panjang kemungkinan kecil dapat diperbaiki dengan asupan nutrisi.
“Modulasi keragaman komposisi gut microbiota kini menjadi salah satu target treatment untuk mengatasi disbiosis penyebab kejadian infeksi dan intervensi menggunakan sinbiotik powder adalah salah satu cara untuk memodulasinya,” terang Delima Citra Dewi Gunawan, saat ujian terbuka program doktor FKKMK UGM, Kamis (17/3).
Ia menjelaskan intervensi sinbiotik (kombinasi probiotik dan prebiotik) powder dapat memodulasi/merubah komposisi gut microbiota dengan menghambat pertumbuhan bakteri patogen, meningkatkan respons imun dan kesehatan saluran cerna sehingga terjadi peningkatan penyerapan zat gizi. Hal tersebut dikarenakan sinbiotik powder dapat membantu dalam produksi metabolit yang bermanfaat bagi kesehatan saluran cerna yaitu Short Chain Fatty Acid (SCFA) sehingga dapat menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia.
Berawal dari hal itu Delima meneliti pengaruh konsumsi sinbiotik powder selama 90 hari terhadap perubahan profil gut microbiota (Lactobacillus plantarum, Bifidobacterium dan Enterobacteria), karakteristik feses, short chain fatty acid, asupan zat gizi dan status gizi pada balita stunting di Rumah Pemulihan Gizi Yogyakarta. Balita yang berada di Rumah Pemulihan Gizi berperawakan pendek akibat mengalami stunting karena kekurangan gizi kronis dan penyakit infeksi yang berulang.
Suplementasi dengan sinbiotik powder diharapkan dapat modulasi keragaman komposisi gut microbiota untuk mengatasi disbiosis yang terjadi pada anak stunting.
Mikrobiota usus berperan penting dalam penyerapan zat gizi dan mempercepat perbaikan status gizi untuk mendukung tumbuh kembang anak stunting.
Hasil penelitian menunjukkan filum Aktinobakteria, Bakteroidetes, Firmicutes dan Proteobakteria dominan terdeteksi pada kedua kelompok yaitu kelompok sinbiotik dan kelompok palsebo. Namun begitu, terdapat perbedaan yang nyata setelah intervensi pada mikrobiota usus yakni terjadi peningkatan pada L. plantarum dan Bifidobacterium, sedangkan pada Enterobacteriaceae menurun di kelompok
sinbiotik.
Selain itu, Short chain fatty acid (asetat dan propionat) berbeda nyata (p<0,05) pada kelompok sinbiotik dibandingkan dengan kelompok plasebo, tetapi asetat meningkat secara bermakna (p<0,05) pada kedua kelompok. Baik pada kelompok sinbiotik maupun placebo warna dominan sebelum dan sesudah intervensi yaitu kuning kecoklatan. Pada kelompok sinbiotik terjadi penurunan pH sedangkan pada kelompok plasebo terjadi peningkatan pH. Frekuensi buang air besar pada kelompok sinbiotik meningkat dari 2 kali menjadi 4 kali per minggu.
Lalu, pengukuran konsistensi menggunakan bristol stool menunjukkan adanya perubahan pada kelompok sinbiotik yaitu tipe 5 menjadi tipe 4. Sedangkan pada kelompok plasebo tidak ada perubahan sebelum dan sesudah intervensi (tipe 5).
“Ada perbedaan yang bermakna antara protein dan serat (p<0,05) setelah intervensi pada kelompok sinbiotik tapi tidak pada kelompok placebo Indikator BB/U dan TB/U berbeda nyata setelah intervensi (p<0.05) pada kelompok sinbiotik, tetapi tidak pada kelompok placebo,” imbuhnya.
Dosen Universitas Respati Yogyakarta ini mengungkapkan bahwa tidak ada kesakitan maupun penurunan berat badan yang terjadi selama periode konsumsi.
“Sinbiotik berpengaruh positif signifikan terhadap mikrobiota usus yang dapat menginduksi SCFA, menurunkan disbiosis dan meningkatkan asupan dan status gizi anak stunting,” terangnya.
Penulis: Ika