Setelah melaksanakan ujian terbuka pada hari Jum’at (28/8) di Auditorium Pascasarjana Fakultas Kedokteran UGM, dr. Endah Tyasrini berhak menyandang gelar doktor Bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha Bandung, ini dinyatakan lulus setelah berhasil mempertahankan desertasi berjudul “Polimorfisme FcγRIIa pada Penderita Dengue di Yogyakarta”.
Endah Tyasrini mengatakan berbagai teori diajukan untuk menjelaskan patogenesis Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)/ Dengue Shock Syndrome (DSS), namun faktor-faktor apa saja dan bagaimana mekanisme perdarahan dan kebocoran plasma sebagai kelanjutan dari dengue, hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Sementara teori yang masih banyak dianut adalah teori virulensi dan teori infeksi sekunder.
Tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada kasus DHF/DSS, menjadikan perlu dilakukan identifikasi akan faktor-faktor apa saja yang menunjang terjadinya manifestasi yang parah dari infeksi virus dengue. Salah satunya dengan melakukan serotiping virus Dengue dari penderita DHF/DSS.
“Keempat seotipe virus Dengue telah menyebabkan dengue di Indonesia, namun yang menyebabkan manifestasi klinis demam berdarah telah mengalami perubahan”, katanya.
Sebagaimana infeksi virus lainnya, kata Tyasrini, infeksi virus Dengue dapat menjadi suatu self infectious disease yang akan berakhir dengan sendirinya setelah 3 – 7 hari. Apabila manifestasi yang terjadi DHF atau DSS, penderita dapat masuk ke dalam keadaan yang berakhir dengan kematian.
“DHF terjadi jika ditemukan peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan kebocoran plasma. Manifestasi perdarahan yang menyertai terjadinya kebocoran plasma disebabkan terjadinya trombositopenia yang hebat diikuti gangguan fungsi sistem regulasi darah”, imbuhnya. (Humas UGM/ Agung)