Sistem Cakar Ayam Modifikasi (CAM) merupakan pengembangan dari Sistem Cakar Ayam, yang telah ditemukan oleh Prof. Sedyatmo pada tahun 1961. Sistem ini mengalami perubahan bentuk, yaitu pelat dengan pipa beton cakar diganti dengan pipa baja galvanis dan beton yang lebih ringan. Sistem CAM ini telah diuji coba dalam skala penuh di lapangan untuk jalan tol Waru-Surabaya, jalan tol Seksi IV di Makasar.
“Khusus pada tanah ekspansif telah dilakukan di Bojonegoro. Sistem ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan perkerasan jalan pada tanah ekspansif,” tutur Bambang Setiawan pada ujian terbuka program pascasarjana Fakultas Teknik, Kamis (27/8) di KPTU Teknik UGM.
Dosen Jurusan Teknik Sipil UNS tersebut mempertahankan disertasinya berjudul “Perilaku Sistem Cakar Ayam Modifikasi pada Tanah Ekspansif”.
Menurut Bambang, sistem CAM diharapkan dapat mengatasi permasalahan perkerasan jalan pada tanah ekspansif, dengan meninjau perilaku model Sistem CAM, kemampuan, pembebanan dan perilaku saat tanah ekspansif mengembang. Penelitian ini membahas perilaku model Sistem CAM pada tanah dasar ekspansif dengan model skala kecil laboratorium, skala kecil lapangan dan skala penuh.
“Pengamatan yang dilakukan berupa tekanan pengembangan dan displacement pelat pada kondisi tanah dasar mengembang atau saat pembasahan,” katanya.
Hasil penelitian yang dilakukan Bambang terungkap bahwa tanah Ngawi sebagai subgrade memiliki potensi kembang yang tinggi, yaitu sebesar 15% dan nilai Plascicity Index (PI) sebesar 48,39%. Model uji skala kecil Sistem CAM dapat menggambarkan model skala penuh di lapangan, walaupun tidak keseluruhan perilaku akan tampak sama.
“Kondisi tanah saat proses pembasahan, tanah mengalami pengembangan, lunak, perlemahan dan akhirnya menjadi jenuh,” terang Bambang.
Pengembangan tersebut menurut Bambang dimulai dari sisi tepi di bawah pelat beton perkerasan kaku, seiring dimulainya musim hujan. Pola pengembangan mengikuti siklus musim yang berlaku di lapangan, yaitu musim kemarau, musim hujan dan kembali musim kemarau. Pembebanan dilakukan pada saat sebelum dan sesudah pembasahan tanah dasar. “Sistem CAM ini bisa jadi alternatif solusi untuk mengatasi tanah ekspansif,” pungkasnya (Humas UGM/Satria)