Pemberdayaan perempuan merupakan salah satu program yang diinisasi oleh pemerintah untuk menekan angka kemiskinan. Program ini telah banyak dijalankan di berbagai wilayah Indonesia dengan menitikberatkan pada pemberian akses untuk peningkatan pendapatan keluarga miskin. Antara lain, dilakukan dengan penguatan kapasitas dan pengembangan sumber daya manusia melalui usaha ekonomi produktif.
Daerah eks Karesidenan Surakarata merupakan salah satu wilayah yang telah lama mengimplementasikan program pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin. Kendati telah menerapkan secara berkelanjutan terdapat banyak perempuan rumah tangga miskin yang belum mandiri dalam melakukan usaha ekonomi produktif jenis usaha industri pangan dan kerajinan. Selain itu tidak terlihat adanya peningkatan dalam menjalankan usaha, bahkan sebagian besar sudah tidak lagi menjalankan usaha ekonomi produktif lagi. “Banyak peralatan yang sudah diberikan tidak difungsikan lagi dan modal yang sudah diberi tidak lagi digunakan untuk usaha ekonomi produktif, meskipun fasilitasi dalam program yang diberikan serupa,” papar Dra. Suminah, M.Si., saat melaksanakan ujian terbuka program doktor, Senin (24/8) di Sekolah Pascasarjana UGM.
Dalam kesempatan itu, staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta ini mempertahankan disertasi berjudul “Pengaruh Self Affiacy terhadap Kemandirian Perempuan Rumah Tangga Miskin dalam Usaha Ekonomi Produktif di Eks Karesidenan Surakarta”. Bertindak sebagai promotor Prof. Dr. Sunarru Samsi Hariadi,M.S., dan ko-promotor Prof.Dr.Ir. Sri Widodo, M.Sc., serta Dr. Agr. Sri Peni Wastutiningsih.
Suminah menyebutkan dalam program pemberdayaan perempuan di eks Karesidenan Surakarta difasilitasi dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan potensi perempuan rumah tangga miskin, dibekali dengan keterampilan perencanaan usaha, menjalin kerja sama, dan pengembangan usaha. Tidak hanya itu, mereka juga diberikan sarana prasarana dan modal agar kedepan dapat termotivasi melakukan usaha produktif jenis usaha pangan dan kerajinan.
Berbagai skema pemberdayaan telah dilaukan pemerintah maupun lembaga non-pemerintah agar perempuan rumah tangga miskin bisa mandiri untuk melakukan usaha ekonomi produktif. Sayangnya sampai saat ini masih banyak yang belum memiliki kemandirian dalam melakukan usaha ekonomi produktif. “Dari survei awal ada 13,14 persen perempuan rumah tangga miskin yang masuk dalam kategori mandiri dalam menjalankan usaha ekonomi produktif,” jelasnya.
Suminah mengatakan untuk mencapai kemandirian dalam usaha ekonomi produktif bagi perempuan rumah tangga miskin dibutuhkan dukungan sosial baik melalui proses pembelajaran maupun dalam bentuk kegiatan amal. Selain itu keyakinan diri perempuan rumah tangga miskin turut berpengaruh dalam pencapaian kemandirian usaha.
Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan dukungan sosial berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran. Semakin tinggi dukungan sosial maka proses pembelajaran akan semakin meningkat pula. Sementara dukungan sosial dan proses pembelajaran secara simultan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap keyakinan diri perempuan rumah tangga miskin dalam menjalankan usaha. Adanya dukungan sosial dan belajar secara langsung maupun dari pengelaman orang lain dapat meningkatkan keyakinan diri dalam melakukan dan mengembangkan usaha. (Humas UGM/Ika)