UGM bekerjasama dengan GNS Science mengadakan studi banding kebencanaan bagi pemerintah daerah, DPRD, dan universitas mitra ke Selandia Baru, 6-18 Juni 2015 lalu. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Kegiatan Strengthening Indonesian Resilience: Reducing Risk from Disaster (StIRRRD) yang didukung oleh Kementerian Luar Negeri dan Perdangangan (MFAT) Selandia Baru. Kegiatan ini dipimpin langsung Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM, Dr. Paripurna Sugarda. Beberapa instansi yang ikut dalam kegiatan ini, yaitu BPBD dan dinas terkait dari Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Bengkulu, Kabupaten Donggala dan Kota Mataram.
Sementara itu universitas mitra yang turut serta antara lain Universitas Andalas, Universitas Bengkulu, Universitas Tadulako dan Universitas Mataram. Pemerintah pusat diwakili oleh Direktur Pengurangan Risiko Bencana BNPB, Bappenas dan Kemeterian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Ketua StIRRRD dari UGM, Dr. Teuku Faisal Fathani mengatakan bahwa hubungan baik Indonesia dan Selandia Baru akan terus ditingkatkan melalui kerja sama dalam pengurangan risiko bencana. Selama jangka waktu 5 tahun ke depan, StIRRRD akan bekerjasama dengan 10 kab/kota di 4 propinsi (Sumbar, Bengkulu, Sulteng dan NTB).
“April tahun depan UGM dan GNS Science akan kembali mengawal kunjungan selanjutnya dari Kab. Agam, Kab. Seluma, Kab. Morowali dan Kab. Sumbawa,” papar Faisal, Jumat (19/6).
Ia menambahkan StIRRRD dimulai sejak tahun 2011 dengan kegiatan pilot di Kota Padang dan Kota Palu. Saat studi banding tahun 2012 lalu, Prof. Dwikorita Karnawati yang juga sebagai inisiator program ini menjadi pemimpin delegasi. Kegiatan StIRRRD berupaya meningkatkan ketangguhan pemerintah daerah dan universitas lokal dalam pengurangan risiko bencana melalui serangkaian workshop, pelatihan dan studi banding ke Selandia Baru.
“UGM mendampingi tiap-tiap daerah dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana aksi dalam pengurangan risiko bencana,” urainya.
Studi banding kemarin dimulai dengan kunjungan ke Kota Christchurch untuk mempelajari bagaimana Selandia Baru menata kembali kota tersebut yang mengalami kerusakan hebat akibat gempa tahun 2010 dan 2011. Para pakar bencana dari berbagai institusi di Selandia Baru saling bertukar pengalaman dengan delegasi Indonesia. Banyak hal yang dipelajari meliputi penanganan pra, saat dan paska bencana.
Setelah itu kegiatan diarahkan menuju Kota Wellington untuk mempelajari bagaimana Selandia Baru membangun ketahanan dan mempersiapkan diri dalam mengantisipasi potensi bencana gempa, tsunami, longsor dan banjir di ibu kota negara yang berada di zona patahan aktif. Delegasi Indonesia juga menempuh perjalanan ke Taupo dan Rotorua untuk melihat pengurangan risiko bencana gunung api.
Dalam kunjungan ini juga diadakan jamuan makan malam dengan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru. Acara ini dihadiri oleh GNS Science, Beca, MFAT Selandia Baru, PPI, New Zealand Indonesia Association dan lain-lain dengan suguhan musik gamelan dari warga Selandia Baru.
Dalam kesempatan ini juga diadakan penandatanganan perpanjangan MoU antara UGM dan GNS Science untuk tahun 2015-2017. UGM diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni, Dr. Paripurna Sugarda, sedangkan GNS Science diwakili oleh Dr. Gill Jolly. Penandatanganan ini disaksikan oleh Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Jose Tavares dan Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru yang diwakili oleh Tiffany Babington. (Humas UGM/Satria)