YOGYAKARTA – Rektor UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D menghadiri kegiatan Dharma Shanti Ratri yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) UGM di Pusat Kebudayaan Koenadi Hardjasoemantri (PKKH), Sabtu (4/4). Dharma Shanti Ratri merupakan rangkaian peringatan Nyepi Kampus yang setiap tahun diselenggarakan oleh KMHD UGM. Saat Dharma Shanti, umat hindu berkumpul untuk sima krama atau ramah tamah saling memaafkan.
Dalam pidato sambutannya Rektor UGM menegaskan perayaan Nyepi bagi umat Hindu tidak saja berarti diam tidak bicara atau tidak keluar rumah tetapi yang lebih penting adalah sepi untuk tujuan berkontemplasi, merenungi apa yang sudah terjadi, mengevaluasi lalu melakukan penyempurnaan.
Lebih jauh, Rektor mengaitkan Nyepi dengan perihal energi bahwa Nyepi adalah usaha sistematis untuk menghemat energi karena tidak adanya aktivitas sehari penuh. “Bayangkan, berapa penghematan energi yang sudah dilakukan karena sehari penuh berbagai kegiatan berhenti,” kata Dwikorita.
Rektor mengapresiasi acara Dharma Shanti Ratri Nyepi Kampus KMHD UGM yang kental dengan nuansa keragaman.Meski begitu, perayaannya pun tidak saja dimeriahkan oleh umat Hindu tetapi oleh umat beragama lain. Dwikorita menyebutkan, gamelan yang dipakai adalah gamelan jawa yang penabuhnya bukan orang Hindu. Tarian Cendrawasih yang ditampilkan juga dibawakan oleh penari yang bukan orang Bali, meskipun mereka menari dengan sangat baik. Bahkan seorang perempuan berjilbab juga terlihat memeriahkan acara yang tergabung dalam JPP Kustik, sebuah grup musik akustik dari Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM. “Saya kira ini sebagai bentuk toleransi dalam keberagaman yang nyata,” katanya
Perayaan Dharma Shanti Ratri kali ini juga dimeriahkan dengan acara talk show dengan menghadirkan salah seorang alumni Magister Manajemen UGM yaitu Pande Putu Setiawan yang merupakan pendiri komunitas Anak Alam. Pande yang pernah meraih penghargaan Kick Andy Hero atas dediaksinya untuk anak-anak di kampungnya di kaki Gunung Batur, Kabupaten Bangli, Bali, agar mereka bisa mengenyam pendidikan. Hal ini menarik karena Pande mengambil keputusan itu tatkala dirinya sedang mengenyam pekerjaan yang baik. “Keputusan kontroversial itu bahkan pernah membuat saya dituduh gila, bahkan oleh orang tuanya sendiri,” katanya.
Selain Pande Putu Setiawan, hadir juga dalam talk show itu Made Suambara, seorang ahli terapi Yoga tertawa. Terapi yoga yang terbilang unik karena menggunakan tawa sebagai obat untuk berbagai penyakit. Suasana Gedung Pusat Studi Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM, tempat Dharma Shanti dilaksanakan mendadak semarak ketika Made mengajak hadirin untuk mempraktikkan ajarannya. Tentunya, mengajak mereka tertawa bersama. (Humas UGM/Gusti Grehenson)